Aku sudah memasuki gang ke rumahku yang melewati rumah Ganda, Ran dan Dana. Belum begitu malam dan memang tadi perjalanan tidak seperti biasanya lancar. Situasi menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden membuat orang berjaga-jaga dan tidak banyak keluar rumah. Mungkin hal itu yang membuat jalanan lancar, pikirku.
Depan rumah kontrakan teman-temanku masih sepi. Ini kali pertamaku sengaja mampir ke tempat mereka. Mumpung belum begitu malam, sekitar jam delapan lewat sekarang. Biasanya aku lewat depan rumah mereka diatas jam sepuluh malam dan kalau mampir pun hanya di teras saja, aku nggak masuk.
Aku ketuk pintu dan menunggu. Kulihat sekeliling juga sepi, hanya terdengar suara siaran TV.
"Sebentar," suara Ran dari dalam.
Pintu terbuka, dan Ran berdiri bertelanjang dada dan celana pendek yang digulung sampai kepangkal pahanya. Basah berkeringat, membuat tubuhnya mengkilat. Masih ada bulir keringat di dadanya yang bidang dan padat.
"Yadi! Ayo masuk.. Maaf aku lagi olah raga dikit nih.." suaranya girang mempersilahkanku masuk.
Aku masih terbengong menyaksikan tampilannya itu. Aku suka sekali. Bau keringatnya tidak begitu menyengat, ingin aku merasakannya..
"Ayo masuk," Ran menyadarkanku yang masih berdiri di pintu, "Sendiri? Tumben pulang jam segini..?"
Aku melangkah masuk sambil menjawab pertanyaannya, "Iya.. Kebetulan lancar."
Ran di belakangku menutup pintu dan memasang rantai pengaman pintu.
Tempat yang menyenangkan. Ada tangga ke atas, ruang dapur walau kecil dengan lemarinya yang rapi bersatu dengan ruang tamu dengan karpet yang tebal. Ada meja bar yang berfungsi sebagai meja makan juga. Aku tarik kursinya, duduk. Kubuka sepatu dan kaos kaki dan menaruhnya di rak dekat pintu. Ada rasa dingin setelah menginjak kaki keramik lantai.. Rumah yang dari luar kelihatan kecil, didalam lumayan luas. Rupanya rumahnya bertingkat, dengan lantai kayu.
Ruang tamunya tidak ada kursi dan sebagai gantinya bantal lantai yang besar ditumpuk di pojok ruang. Ada pintu kamar yang terbuka, kamarnya Ran mungkin. Lemari pajang yang bagus, ada pesawat TV 21 inc yang tidak dinyalakan dan lemari di bawah TV yang tertutup kaca hitam, mungkin ada peralatan vCD di sana.
"Bagus rumahnya," pujiku, "Rapi."
Ran yang telah berada di dapur mengangguk.
"Terima kasih atas pujiannya," katanya, "Minum ya.." dia sodorkan gelas plastik yang telah diisi dengan jus apel di pojok dapur. Dia juga minum dari gelas yang lebih besar.
Hm, segar. Ada tetesan air di gelas karena jus yang sangat dingin di dalamnya.
"Ganda dan Dana mana?" tanyaku sambil menikmati minum.
Enak sekali. Setelah dari luar, perjalanan yang sangat panas kemudian minum jus apel, cocok sekali. Sebenarnya aku bawa CD game pesanan Dana.
"Belum pulang. Mau main ke warnet katanya. Pulang agak malam," Ran menjelaskan.
Dia menyeka tubuhnya dengan handuk kecil di dada dan lehernya. Tubuh yang indah. Keringat membuat celananya kulihat sangat basah. Menonjolkan apa yang dimilikinya. Kemudian kami ngobrol tentang kegiatan masing-masing. Ran duduk di meja dapur, sambil satu kakinya naik. Pahanya yang kencang kelihatan semakin indah. Dia sepertinya menggodaku dengan tampilan seperti itu. Barangku sudah menegang. Gila!
"Ran, boleh numpang kencing?" tanyaku sambil berdiri. Setelah jus apel habis, kantung kencingku jadi penuh. Sebelum masuk gang aku juga sudah minum dua gelas aqua yang kubeli di warung dekat sana.
"Ya.. Boleh. Ke kamarku saja.." katanya sambil jalan menuju pintu kamar yang terbuka.
Ran menjelaskan kalau kamar mandi ada dua, satu di kamarnya dan satu lagi di lantai atas. Kamar yang luas. Aku baru menyadari musik yang terdengar ketika masuk tadi dari kamar ini. Kupikir dari tetangga. Peralatan fitnes yang komplit dan kelihatan sempit di ruangan ini, saat aku masuk. Kamarnya wangi. Ada tempat tidur single di dekat lemari pakaiannya dengan alas tidurnya yang rapi dan pintu ke kamar mandi. Enak banget, ada kamar mandi di dalam kamar.
Aku ikuti dia masuk ke kamar mandi. Dia nyalakan lampunya. Kamar mandinya juga rapi. Ada shower dengan courten dari plastik biru. Dindingnya dilapisi keramik. Meja washtafel pakai marmer putih dan ada lemari kecil di bawahnya.
"Silahkan," katanya masih berdiri dekat washtafel dengan cermin besar di samping kloset.
Aku buka tutup klosetnya dan bersiap untuk kencing. Dia masih berdiri disana menunggu. Mau lihat aku kencing rupanya.. Dengan sedikit ragu karena Ran masih ada di sampingku, aku buka restleting celana dan mengeluarkan kontolku yang sedang membesar tapi tidak tegang penuh. Ada sedikit denyut yang membuat aku susah untuk kencing, atau karena sedang diperhatikan begini?
Kulihat dia memperhatikan kontolku.
"Kalau dilihat terus, aku jadi susah untuk kencing nih.." kataku membuat Ran tertawa.
"Nggak ada hubungannya lagi.."
Ran malah menanggalkan celananya. Apa-apaan ini? Kontolku sudah bereaksi lain. Antara mau kencing dan mau tegang.. Jantungku mulai tak karuan.. Ran melangkah ke ruang shower di belakangku. Aku alihkan konsentrasi ke kontolku. Aku mau kencing. Aku ambil nafas pelan tapi panjang beberpa kali. Akhirnya aku kencing juga. Ran sudah membuka keran airnya. Mau mandi dia.. Courtennya tak ditutup sehingga sebagian air nyiprat ke kakiku.
Dia sengaja menggodaku lagi, batinku. Setelah kubersihkan kontolku dan menekan pembuangan air, aku berbalik mau ke luar sambil merapikan kembali celanaku. Dia sedang membelakangiku menikmati pancuran air yang deras itu. Kulihat punggungnya yang sangat lebar dan pantatnya yang padat..
"Mau ikut mandi?" tanyanya. Dia berbalik dan aku dapat lihat bagian depan tubuhnya.
"Nggak, aku mau mandi di rumah saja.." kataku melangkah ke luar kamar mandinya. Maunya aku menonton dia yang sedang menyabuni tubuhnya. Aroma sabunnya menyebar ke ruang tidur dan fitnesnya ini..
Aku melangkah ke ruang tamu. Nafsuku timbul lagi.. Apalagi kontolku seperti mau meledak di balik celanaku. Jangan! kata hatiku menolak ide gila di kepalaku yang tiba-tiba muncul. Mau ngapain lagi nih..? Bingung juga aku mau mengerjakan apa sambil menunggu Ran mandi. Suara airnya seperti memanggilku ku untuk bergabung ikut mandi..
Aku ke tempat dudukku tadi, kemudian menuang lagi jus apel ke gelasku yang tadi sudah habis. Koran di ujung meja bar kuambil dan mulai kubalik-balik tanpa konsentrasi, karena pikiranku masih ke Ran yang sedang mandi dan kuyakin sambil masturbasi.. Mau aku melihatnya ke sana, untuk mengulangi apa yang pernah kulihat Ran lakukan di kamarku..
"Yadi, sini deh," Ran berdiri di kamarnya dengan handuk di kepala, dan masih telanjang.. Dia mengeringkan rambutnya dengan kedua tangannya, memperlihatkan bulu ketiaknya yang tidak begitu lebat.. Dan aku baru menyadari kalau bulu kontolnya dicukur yang membuat kontolnya kelihatan lebih panjang.
"Ada apa?" tanyaku sambil meletakkan gelas dan melangkah ke kamarnya.
Jantungku kembali berdetak kencang. Apalagi yang akan terjadi? Rupanya dia mau meperlihatkan koleksi barang pornonya dari laci besar di bawah dipannya. Aku duduk di tempat tidurnya sambil memperhatikan Ran yang sibuk mengeluarkan beberapa majalah dan vCD. Santai saja dia telanjang bugil di depanku. Memang suka pamer dia.. Aku yang berusaha menahan diri bisa-bisa tak bisa tahan juga nih.. Beberapa kali aku menelan liurku. Nafsu lu!
"Banyak juga ya.. Dapat dari mana semua ini?" komentarku melihat koleksi majalahnya. Ada Hustler, Club, Playgirl dan entah apa lagi, yang majalahnya baru aku lihat.. Majalah fitnes juga ada.
"Dari proyek Senen. Aku beli di sana.. Pernah ke sana nggak?" tanya Ran.
Aku menggeleng. Aku baru sebulan di Jakarta dan masih belum kemana-mana. Terminal Senen termasuk daerah yang rawan, kata teman kantorku. Kalau mau kesana jangan sendiri, ntar bisa dirampok.
Kemudian Ran cerita, sambil berpakaian celana pendek dan kaos singlet, kalau dia beli di kios buku dan majalah bekas di blok dalam di sisi dekat terminal. Yang jual katanya banyak pemuda Batak. Dia juga cerita kalau nyaris tertangkap dan dipalak keamanan di pasar itu. Untung tidak sedang bawa majalah porno. Menjual dan membeli majalah porno masih merupakan kegiatan ilegal dan terlarang. Hal itulah yang digunakan oknum keamanan untuk memeras konsumen yang ketangkap terutama remaja seperti kita-kita.
Melihat majalah yang mengekploitasi tubuh indah cowok dan cewek itu membuat kepalaku berdenyut dan kontolku menegang. Sesekali Ran mengomentari apa yang dilihatnya di majalah. Aku sendiri melihat majalah berusaha untuk tidak serius banget.. Hati-hati Ran sedang menggoda nih!
"Aku mau saling meremas seperti yang kita lakukan dulu.." katanya setelah melihatku hampir selesai melihat majalah dan sampul vCDnya. Dia duduk disampingku. Tidak begitu dekat, tapi dapat aku rasakan nafasnya.
Deg! Tawaran yang membuat aku melihat ke arahnya, memperhatikan wajahnya yang penuh harap, terutama matanya.. Wooh, setan terkutuk telah menarik tanganku untuk membuka celanaku dan memeperlihatkan tonjolan kontolku di balik celana dalam. Sedikit kuangkat pantatku untuk menurunkan celana sampai lututku.
Ran mendekat, tangannya menyingkirkan kemejaku yang menutupi sebagian yang diinginkannya. Dia meremasnya pelan. Aku pasrah. Kontolku yang sejak tadi menegang akibat melihat majalah porno yang dimilikinya, makin mengeras di telapak tangannya. Akupun memasukkan tanganku ke celananya dan mendapatkan kontolnya yang masih agak basah menegang. Kurasakan denyut yang kencang di urat kontolnya.
Karena kesulitan bergerak, kukeluarkan kontolnya dari celananya. Dia membiarkan apa yang kulakukan. Ingin aku merasakan dengan mulutku.. Kontol besarnya kugerakkan naik turun berulang-ulang. Ada cairan bening yang keluar kuratakan di kepala kontolnya. Menggosokknya dengan pelan. Dia mendengus, matanya sesekali tertutup. Dia masih menggenggam kontolku, meremasnya pelan dan kadang kencang.
Aku berusaha untuk tidak ejakulasi dengan menarik nafas dalam. Sampai akhirnya Ran melepaskan kontolku dan mengocok kencang kontolnya di atas tanganku yang masuh menggenggam kontolnya. Kuikuti gerakannya. Kemudian dia merebahkan tubuhnya sampai telentang tapi tangannya masih menggenggam tanganku sambil menggerakkannya naik turun. Posisi menyamping begini susah juga..
Kucopot celanaku sampai jatuh ke lantai. Aku perbaiki posisiku dengan naik ke atas pahanya. Dengan posisi begitu aku bebas memegang kontolnya di antara dua pahaku dan permainkan naik turun, memutar dan mengocoknya sesuai gerakan tangannya. Nafasnya makin kencang sambil bergumam penuh nafsu. Pahanya yang kududuki menegang.
Kurasakan denyut kontolnya makin kencang dan makin panas.. Akhirnya terpancar cairan sperma yang kutahan dengan jempolku. Cairan itu merembes di telapak tangannya dan tanganku.. Wuh banyak juga. Dan aromanya sangat kusuka. Kuelus batangnya yang masih hangat itu ambil maratakan cairan diseluruh batangnya yang masih hangat. Masih kurasakan denyut ketika tangan kulepaskan.
Aku bangkit dan menuju ke kamar mandi. Aroma spermanya khas sempat kuhirup pelan sambil berjalan. Dan sedikit mengenai bibirku yang akhirnya kujilat. Hm.. Ku cuci tangan dari bekas sperma itu dengan sabun di washtafel. Ran berdiri di sampingku.
"Kau belum keluar..? Sini aku bantu.." katanya menawarkan diri.
Ia sudah mengenakan celananya. Kulihat wajahku di cermin dan kemudian beralih ke Ran. Aku tersenyum dan menggeleng. Kemudian ku basuh mukaku beberapa kali.
"Kau menyesal ya?" tanyanya.
"Sebaiknya kita menahan diri," kataku sambil mengeringkan mukaku.
Rasanya sudah tersadar dari dekapan nafsu setan yang menerpa diriku.. Aku tak bisa berkata lagi rasanya. Jantungku, otakku dan perasaanku kalau diikuti bisa meledakkan semua ini. Aku pakai celanaku kembali dan melangkah ke luar. Ran masih di kamar mandi membersihkan tangan dan kontolnya.
Setelah merapikan tempat tidur dan barang-barang yang ada di atasnya, aku pamit pulang. Jam di meja riasnya sudah menunjukkan pukul sebelas lewat. Hampir tiga jam aku di sini. Ran menawarkan aku untuk menginap sambil menunggu Ganda dan Dana yang belum pulang. Tapi aku menolaknya.
Sekali lagi kau mendekati dosa! kata hatiku. Awalnya hanya tidak bisa menjaga kelamin. Kalau tidak mau dapat godaan, menjauhlah dari hal-hal yang menimbulkan kemaksiatan. Dialog dalam hatiku mulai lagi..
Tamat
Home »
Sesama Pria
» Mendatangi godaan
Mendatangi godaan
Posted by Unknown
Posted on 1:15 AM
with No comments
0 comments:
Post a Comment