Home » » Gelar lomba pancho

Gelar lomba pancho

Pertama kali aku melihat Jack saat berenang pagi hari. Badannya begitu proporsional, tinggi 185 cm berat sekitar 80 kg. Dadanya begitu terisi, lengan bisep dan trisepnya begitu ranum segar juga enam kotak yang begitu jelas, bahkan saat dia sedang duduk. Mataku tidak lepas memandang tubuh itu sewaktu dia naik dari kolam renang dan menuju tempat bilas. Kebetulan terbuka dan menghadap ke kolam renang. Aku berusaha melihat sedekat mungkin.

Balutan segitiga ketat itu mengingatkanku pada film Baywatch yang terkenal itu. Meskipun dia bukan bule namun hampir tiada beda dengan salah satu pemeran penjaga pantai itu. Badannya aku nilai sempurna. Sebenarnya aku malu kalau-kalau teman renang lain melihat aku sedang memelototi seorang cowok. Aku adalah pria sejati, tapi aku iri dengan badannya, aku ingin memilikinya.

Namaku Koko, umur 27 th, sudah memiliki seorang tunangan cewek dan tahun depan kami berencana menikah. Aku memang rutin berenang, bahkan kami memiliki semacam gang di kolam renang. Semenjak kecil aku mendambakan badan besar namun karena pekerjaan dan waktu sehingga aku belum sempat ke gym hingga saat ini. Meskipun berenang namun badanku tidak terbentuk juga. Bulan ini aku bertekad untuk rutin ke fitnes centre, seminggu dua kali.

*****

Meski aku kali ketiga ke gym DINO tapi aku belum cukup mengenal semua yang ada di situ. Gym ini memang cukup ramai baik yang baru maupun yang lama. Fasilitasnya cukup lengkap meskipun tidak bisa dibilang baru, tapi yang menarik adalah harganya yang cukup miring. Apalagi bagi pemula yang mencoba dan belum tentu serius. Ada beberapa teman yang baik mau mengajariku untuk menggunakan semua alat yang ada disitu.

Jantungku berdebar lebih kencang bukan karena habis melakukan treadmill tapi karena cowok yang di kolam renang itu juga ternyata fitnes di tempat ini. Ya, si Jack fitness di sini juga. Apalagi sekarang menggunakan kaus fitnes yang ketat menonjolkan otot dadanya dan memamerkan hasil angkatan barbel pada lengannya. Otot-otot itu begitu terbentuk. Itu baru atasnya belum bagian bawahnya.

"Baru di sini, Mas?" tanya Jack pertama kali saat kami mulai perkenalan itu.

Semenjak itu aku berlatih di bawah bimbingan Jack dan sebagai balasannya aku sering mentraktir dia makan bakso atau yang lain setelah latihan. Jadwalku aku rubah agar sesuai dengan jadwal Jack. Kami semakin akrab tapi yang aneh justru nafsuku sama dia agak berkurang, karena aku anggap kami bersahabat. Bahkan di luar latihan pun kami mulai sering berkunjung.

*****

Tiga bulan semenjak pertemuan pertama kami sudah benar-benar menjadi sahabat. Hobi kami hampir sama yaitu berpetualang, kapan-kapan aku akan ceritakan petualangan yang seru bersama Jack. Hanya berdua saja tersesat selama sepuluh hari. Persahabatan kami adalah seperti pada umumnya persahabatan. Bukan kekasih! Jack adalah pria normal juga, hanya saja dia agak pemalu terhadap wanita. Umurnya masih 26, satu tahun lebih muda dariku.

Aku berterimakasih pada Jack karena hasil kerja selama ini sudah mulai terlihat. Aku semakin PeDe saja. Aku mulai suka mengenakan kaus ketat, badanku sudah lebih besar. Di gym aku juga sudah tidak ragu lagi mengenakan kaus singlet atau celana ketat. Beratku naik dari 60 kg jadi 67 kg, meski demikian perutku tidak membesar karena semua cadangan lemak sudah diubah jadi massa otot, baik di dada, lengan maupun paha.

Malam ini gym kami mendapat kesempatan untuk jadi penonton di gelar lomba panco yang diadakan salah satu televisi swasta. Setelah makan malam kami sudah berkumpul di studio, padahal acaranya baru akan ditayangkan secara langsung mulai jam 23.30 WIB. Berarti tayangan bukan untuk anak-anak, seperti cerita ini juga. Malam itu mataku begitu fresh, selain melihat penyiar yang segar-segar baik cowok maupun cewek, di sekitarku juga banyak orang-orang berotot. Baik peserta maupun penonton berotot meski banyak yang pakai jaket tebal oleh dinginnya AC di studio. Terus terang beberapa kali aku konak karena melihat seksinya otot-otot orang-orang itu. Aku tidak sadar kalau Jack ternyata mengamati aku selama itu.

Pukul 1 dini hari kami baru kembali dari makan roti bakar di depan studio TV. Malam setelah gelar lomba panco itulah kisah ini dimulai.

"Ko, aku tidur tempat elo aja ya.. Aku takut ganggu orang rumah."

Aku angguk setuju aja. Tapi seperti kalian juga, pikiran kotorku langsung jalan. Selama perjalanan aku kurang konsen menyetir. Aku hanya tersenyum saat Jack menawarkan untuk menyetir motor menggantikanku.

Sesampai di rumah aku langsung menyetandar motor dan dengan hati-hati dan hampir tanpa suara kami masuk kamar. Aku lelah dan ngantuk sekali, terus terang aku memang tidak biasa tidur malam. Lain dengan Jack yang masih terlihat segar. Aku buka jaket dan celana jinsku. Tanpa mengganti kaus atau memakai celana pendek aku langsung masuk ke tempat tidur. Pikirku, Jack kan sudah beberapa kali ke sini jadi sudah tahu WC atau tempat gelas air minum kalau memang dia memerlukannya.

"Jack, aku tidur duluan" kataku sambil menengkurapkan badan dan memeluk guling.

Sebenarnya aku mau langsung tidur tapi entah kenapa malahan di tempat tidur ini mataku sulit memejam. Padahal waktu menunggu roti tadi aku sudah berkali-kali menguap. Tapi aku malu karena sudah berpamitan dengan Jack jadi aku berpura-pura tidur saja.

Jack meletakkan tas dan membuka jaketnya juga. Lalu dia menyetel televisi dan memindah-mindah canel. Lalu minum dan melihat televisi lagi. Pindah-pindah canel lagi, lalu bersiap untuk tidur. Mulanya dia tidur di bawah di kasur yang tipis. Saat aku hampir terlelap aku merasa ada badan hangat di sebelahku. Aku jadi terbangun karena kaget. Mungkin Jack kedinginan juga dan ingin berbagi selimut denganku. Kuluruskan badan untuk berbagi tempat dengannya. Beberapa kali dia menghela nafas seperti orang yang gundah. Aku jadi tidak bisa nyenyak tertidur.

Kucoba membalikkan badan dan memperhatikannya di keremangan kamarku. Ya dia belum benar-benar tertidur. Kasur kami terasa sempit untuk badan kami yang besar-besar ini. Di gantungan baju nampak kaos dan celana panjang training yang Jack kenakan tadi, juga jaketnya. Aku jadi berdebar dan ingin tahu. Kugerakkan tanganku untuk tahu apa yang Jack kenakan di bawah selimutku. Ternyata dia hanya mengenakan celana dalam G-String aja. Debaran jantungku semakin kencang dan darahku seperti berdesir-desir.

Lalu aku mencoba memeluknya tepat di atas dadanya. Aku merasakan tebalnya dada yang terlatih itu. Jack diam saja, padahal aku yakin dia belum tidur. Aku ngantuk tapi dadaku berdegub kencang sekali, sampai aku takut kalau Jack mendengarnya. Pelukan kukencangkan dan sedikit kugoncang dan dia tetap tenang saja, tidak terbangun atau menunjukkan reaksi lain. Setengah bercanda kubelai dadanya lalu belaian kuturunkan ke arah perutnya. Aku kaget sekali karena sebelum aku sampai ke celana dalamnya aku sudah terantuk segumpal daging keras dan hangat. Saat terlewat, aku kembali lagi ke gumpalan itu dan aku tahu itu adalah kontol Jack yang sudah menegang dan keluar dari celana dalam. Segera kutarik tanganku karena aku begitu kaget.
Aku terduduk dan aku takut kalau ini adalah mimpi. Jam masih menunjukkan jam 2 kurang. Saat aku menengok wajah Jack terlihat senyuman sedikit di wajahnya, matanya agak terbuka sedikit.

"Kaget ya, sukurin.. elo sih usil tangannya!" kata Jack pelan. Lalu matanya terpejam lagi.
"Gila lo Jack. Elo ngerjain gua yaa.. tapi punya elo gede juga sepertinya." Kataku untuk menangkal rasa grogiku.
"Iya lah.. gue kan ada darah bulenya" aku anggap jawabannya itu adalah bercanda.

Sekarang aku jadi tidak bisa tidur beneran. Di samping aku ada Jack temenku yang pada mulanya aku kagumi tubuhnya.

"Jack kenapa elo horny begitu?" tanyaku memecah kesunyian di antara kami.
"Pengen dielus lagi kali" jawabnya begitu kacau.
"Elo ngebayangin apa sih?" rasa penasaranku tak bisa dibendung lagi.
"Bayangin elo lagi em el ama calon elo itu".
"Kurang ajar nih anak!", pikirku.

Daripada banyak bacot aku peluk lagi aja tuh anak.

"Tuh kan elo terangsang lagi ama gua" katanya sok tau.

Aku tidak peduli ucapannya lagi. Segera tanganku turun ke pahanya, terasa sangat hangat dan kuelus-elus paha yang kencang itu. Di pangkal paha kutemukan beberapa jembut kasar baru tumbuh.

"Uh uh uh.. " Jack mengerang, tapi aku tahu dia tidak serius sama sekali.

Tapi aku herankan dia membiarkan saja aku menggerayangi seluruh tubuhnya. Keberanianku jadi bertambah. Tak tahan juga segera aku menggenggam dan mengelus kontol Jack yang kudamba sejak lama.

"Jack, elo terangsang karena bayangan elo atau karena tanganku ini?" tanyaku saat aku menggenggam kontolnya yang lumayan besar.

Kalau punyaku 15 cm diameter 3 cm maka punya dia pasti sekitar 18 cm diameter 3,5 atau 4 cm. Kontol itu berdenyut di tanganku. Jack tidak menjawab pertanyaanku, malahan memasukkan tangan kanannya ke dalam celana dalamku. Ketahuan sudah, bahwa aku juga sedang tegang habis.

"Kalau elo kenapa, Ko?" dia bertanya balik.

Kontol Jack mulai kukocok pelan tanpa aku jawab pertanyaan itu. Tangan Jack pun bergerak meremas kontolku dan segera posisi tidur kami sudah berhadapan. Kali ini aku tidak ragu lagi. Kupandang wajahnya yang keenakan. Matanya setengah terbuka dan terdengar desis dan lenguhan nafasnya. Begitu seksi kelihatannya. Aku merasakan hangatnya remasan Jack di batangku yang peka itu. Kami sama-sama sunat, aku merasakan dari benjolan bekas jahitan di dekat kepala kontol Jack.

Tak lama kami sudah benar-benar berbugil. Kaosku, celana dalam kami dan selimut sudah tidak kupedulikan lagi. Kami sudah saling mengelus baik pipi, dada dan punggung, pantat dan bagian-bagian yang lain. Aku hanya ingin kepuasan dari tubuhnya. Jack juga demikian. Kami saling memeluk erat dan menggosok-gosokkan kontol kami satu dengan yang lain.

Sekarang kukulum kedua bibir Jack, uhh terasa manis. Kupegang kepalanya dan kujambak rambutnya. Lalu kuselusuri dengan bibirku dadanya yang bidang dengan otot dada yang tebal dan bigitu ketat. Sesekali kujilat putingnya, ahh dia kegelian. Aku senang lihat reaksinya.

Tempat favoritku adalah perutnya, begitu seksi dan kotak-kotak. Saat itu kontol Jack tentu saja terasa sangat hangat di dadaku yang berotot juga. Sesekali kugeser-geser dadaku untuk menjaga agar kontol Jack tetap mendapat sensasi enak dan tetap tegang. Belum lagi ujung hidungku melalui pusar, daguku telah terantuk benda hangat yang sedang berdenyut-denyut. Kugeserkan daguku yang berjenggot sedikit ke kanan dan kiri. Jack melenguh panjang kenikmatan. Aku jadi senang.
Kulalukan sebentar porsi utama.

Aku beralih ke pahanya. Ah.. dia ternyata tipe cowok yang suka mencukur bulu bawahnya. Terbukti cukurannya begitu rapi dan rata. Oh ya dia kan juga sering renang ini pasti demi kesopanan. Kuhisap dan kujilat bau kejantanan yang khas di sekitar selakangannya. Bola Jack juga kupermainkan. Juga kugigit lembut memberikan kejutan baginya, terbukti dia memperhatikan apa yang kulakukan di bagian bawahnya. Aku menciumi paha Jack yang juga besar seperti pemain Sepakbola, dan kuberi tanda sebuah cupang tepat di bawah selakangannya. Tentu saja Jack keenakan seperti kena setrum he he he..

Jack terduduk, rupanya dia juga sudah sangat bernafsu. Sekali tarikan tangan kontolku sudah di tarik didekatkan ke bibirnya. Ahh nikmat sekali! Aku setengah berdiri dengan lututku, kepala Jack di depan perutku. Hmm aku tidak tahan untuk memegang rambut kepalanya, kuikuti gerakan kepalanya yang terkadang maju, mundur, ke kanan, ke kiri dan ke arah lain untuk memberi kenikmatan pada kontol yang sudah tegang penuh dan ingin dikulum. Jack menciumnya, menjilati dari pangkal hingga ujung kepala, hmm ahh.. enaknya hingga ke langit. Digigitnya bekas sunatku dan dikitarinya pangkal kepala kontolku, badanku bergetar tak dapat menahan gejolak yang begitu nikmat.

Slupp kontolku hilang dalam lubang basah mulut Jack. Lama senjataku ada di sana, tentu Jack merasakan asinnya maziku. Aku merasakan kenikmatan apalagi Jack sudah mulai menyedot hm.. nikmat sekali. Sembari memegang dua pantatku yang juga berisi dia mulai mengeluarmasukkan kontolku. Sensasinya uhh enak, getaran itu mengalir dari kontolku hingga ke ubun-ubun kepala ahh Terkadang kulihat sebagian batang kontolku yang mengkilat oleh ludah tapi tak pernah kulihat ujung ungu itu. Woow!

Aku mau Jack juga merasakannya. Posisi kami jadi 69. Aku merasa harus menganga penuh untuk memasukkan kontol Jack ke dalam mulutku. Aku tidak sanggup menelan semuanya. Kontol Jack begitu besar. Aku tahu sensasi paling tinggi ada di kepala kontolnya maka aku bekerja lebih banyak di daerah itu. Gerakan favorit yang disukai Jack adalah saat aku melingkarkan lidahku di kepala kontolnya. Dia sampai berhenti menghisapi kontolku untuk sekedar menikmatinya.

"Jack awas loh Jack, aku uhh hampir Jack.. bener uhh!" kuperingatkan Jack.

Sepertinya justru dia bertambah cepat untuk mengeluar masukkan kontolku dan menghisapnya. Ahh uhh uhh uhh! Aku berusaha mengimbangi apa yang Jack lakukan pada kontolku dengan menghisap kontol Jack lebih kuat lagi. Rasa dan momen itu begitu nikmat. Tiada lagi yang bisa diingat selain kenikmatan itu. Aghh!

Tiba-tiba terasa asin dan hangat di lidah dan tenggorokku. Ah cuek aja! Justru aku semakin kuat menghisapnya. Begitu juga Jack dan akibatnya croott maniku muncrat di mulut Jack. Dia pun menelannya juga, bahkan dihisapnya lagi sampai benar-benar bersih. Kontol Jack kembali mengkerut, demikian juga aku rasa kontolku.Kubaringkan tubuhku di samping Jack.

Kucium pipinya, "Thanks Jack! Elo emang sahabatku!" Dan Jack tersenyum.

Lalu ditariknya selimut untuk menutupi tubuh kami yang bugil. Jack memelukku dan aku membiarkannya. Dari mulutnya yang begitu dekat dengan hidungku masih tercium sisa-sisa maniku. Kukulum bibir itu sekali, tiada balasan tapi aku merasakan kontolnya yang menyentuh pahaku berdenyut lagi membesar.

Tamat

0 comments:

Post a Comment