Home » » Cerita tentang Ananda - 3

Cerita tentang Ananda - 3

Aku begitu terkejut mendengarkan seorang nyonya yang begitu alim, lugu dan tertutup akhirnya menjadi sangat 'terbuka'.

"Maksudku, apa mereka suka melakukannya denganku" tanyanya.
"Oh ya", aku meyakinkannya.
"Aku sangat yakin kalau kamu serasa bagaikan seorang perawan bagi mereka".
"Maksudku, aku tak ingin mereka menganggap aku seorang yang... Kamu tahu, aku sama sekali tak punya pengalaman dalam hal ini". Katanya.

Aku tertawa lagi dan mengatakan padanya kalau mereka akan rela melewati rintangan apapun hanya untuk dapat menikmati vaginanya yang rapat itu lagi. Wajahnya kembali bersemu merah dan bertanya padaku bagaimana aku bisa bersama mereka sepanjang waktu. Kukatakan padanya bahwa mereka adalah pasangan bercintaku dalam setahun belakangan ini dan vaginaku tak bisa menampung penisnya Rai waktu pertama kali, tapi sekarang Rai dapat memasukkannya dengan lancar.

"Tapi bagaimana dengan suamimu?" tanyanya keheranan.
"Apakah dia tak merasakan perbedaannya dalam dirimu?".
"Dia tak pernah menanyakan hal itu, tapi aku tahu dia pasti tak merasakannya. Begini, dia tetap rutin menggauliku".
"Apakah mereka.., mm.. Maksudku para pria mau datang hari ini, mungkin sekedar untuk minum secangkir kopi". Dengan cepat dia bertanya.
"Ya, pasti mereka mau," kataku.
"Tapi suamiku Teddy akan pulang sekitar jam empat sore nanti". Aku mengamati reaksinya, wajahnya tertunduk dengan mata menatap lantai.
"Tapi kita bisa datang ke rumahmu dan aku tinggal menulis pesan untuk suamiku kalau aku sedang pergi belanja atau arisan apalah sama kamu. Bukankah katamu suamimu sedang keluar kota untuk beberapa hari sekarang ini?" kataku menghiburnya.
"Oh ya, tentu kita bisa melakukannya" jawabnya dengan nada gembira.
"Apa kamu akan menelepon mereka?".

Dia benar-benar tak sabar dan ingin segara melakukannya. Tak mungkin lagi untuk menolaknya..

"Aku akan menelpon mereka sekarang," kataku, melihatnya duduk di kursi. Tangannya meremas pegangan kursi dengan kuat.

*****

Ananda segara pulang ke rumahnya untuk mandi. Aku melakukan hal yang sama dan mengatakan padanya akan langsung menelponnya begitu Rai dan James tiba nanti. Aku tak sabar untuk melihat reaksinya nanti saat melihat Jay datang bersama kami.

Para pria datang kira-kira satu jam kemudian. Kami membuat sedikit rencana untuk'aksi' nanti. James dan aku akan datang duluan dan Rai beserta Jay menyusul sejam kemudian.

Kami berangkat ke rumah Ananda dan mendapat sambutan yang hangat, dia kemudian memintaku untuk membantunya di dapur. Roknya yang lebar dan panjang berayun ke depan dan belakang di sela sela pinggangnya saat aku mengikutinya dari belakang.

"Mana Rai" tanyanya.
"Dia akan segera datang, kira-kira se-jam-an lagi deh" kataku padanya.
"Dia tertahan oleh pekerjaannya".

Ananda menuangkan anggur yang kubawakan dari rumah untuk kami, tentu saja di rumahnya tak mungkin ada persediaan anggur. Suaminya tak akan mengijinkan hal itu. Kami pergi ke ruang keluarga dan mengobrol di sana. Setelah lebih dari 45 menitan, aku minta pada Ananda untuk menunjukkan suasana rumahnya pada James. Aku dapat mendengarnya saat dia menunjukkan ruang bawah tangga dan mereka berdua menaiki tangga untuk melihat kamar tidur utama.

Seperti yang direncanakan, aku menemui Rai dan Jay sebelum mereka membunyikan bel.

"Mereka di atas" kataku menjelaskan.
"Sudah lebih dari 45 menit yang lalu".

Kami bergandengan dan bergelak pelan layaknya pencuri berjalan keatas menuju ke kamar tidur utama. Pintunya tidak dikunci dan sedikit terbuka sehingga kami dapat menyaksikan pemandangan paling sexy yang kusaksikan hari ini.

Ananda sedang bertumpu pada kedua siku dan lututnya di ujung tempat tidur, pantatnya mendongak tinggi, desahannya terdengar pelan. Roknya tersingkap hingga pinggang, kepalanya membelakangi kami, rata dengan kasur. Celana dalamnya tergeletak begitu saja pada lantai di dekat tempat tidur. James berlutut, wajahnya terkubur dalam pantat Ananda, menjilat dengan kuat pada klitorisnya yang basah hingga lubang anusnya. Aroma sexual memenuhi seluruh ruangan. Dan yang lebih tabu lagi, semua itu dilakukannya di rumahnya sendiri, bahkan di atas ranjang yang pastinya selalu dijaga kesuciannya oleh suaminya!!

Rupanya Ananda telah berubah menjadi seseorang yang berbeda sama sekali saat sisi 'gelapnya' terkuak. Dia telah mempersetankan segala aturan dan larangan yang selama ini mendoktrinnya..

"Wuu-huu" teriak Rai, "Saatnya pesta".

Ananda segera bangkit menyingkirkan James dari vaginanya. Kepalanya menatap lurus ke arah kami dan menatap kami bertiga satu persatu.

"Oh Tuhanku" katanya.
"Ananda, ini Jay teman baru kita" aku menjelaskan padanya.
"Dia hitam sekali".
"Ya, dia seorang Ambon" sambungku.
"Waah.. Apa nih yang sedang dilakukan James? Kelihatannya menggairahkan bagiku".
"Apa Nyong Ambon mencumbu vagina?" aku tanya pada Jay dengan pandangan menggoda.
"Itu salah satu favoritku sayang" jawabnya kembali.

Dengan cepat kulepaskan pakaianku kemudian menarik rok Ananda melewati kepalanya memperlihatkan payudaranya yang kini berayun bebas.

"Wah, Ananda nggak pake BH hari ini" kataku, mengagumi putingnya yang sudah mengeras karena terangsang.

James menarik Ananda ke posisi semula dan aku bergabung dengan mereka bersamaan dengan Jay yang menjelajahi belahan pantatku dengan lidahnya dan mulai mencumbui vaginaku. Rai tak mau menyia-nyiakan waktu dan langsung mengincar bibirku, menyodorkan penisnya yang baru setengah ereksi ke bibirku. Dalam posisi seperti ini aku dapat memasukkan seluruh bagian penisnya ke dalam mulutku, dan erangan kenikmatan keluar dari mulutnya menyuarakan apa yang tengah dirasakannya.

Teriakan Ananda jadi bertambah keras, aku tahu letupan orgasme akan segera menyongsongnya dan aku segera mempermainkan putingnya dengan jariku begitu dia mencapai orgasme pertamanya di wajah James. Dia sungguh sangat cantik saat sedang dilanda orgasme!! Kepala ranjang menjadi bergoyang maju mundur begitu James memompa vaginanya dengan penisnya.

Kulepaskan mulutku dari penis Rai dan memberi semangat pada James agar menyetubuhi jiwa dan raganya. Ini membuat James menjadi lebih terbakar lagi gairahnya, dan memuji Ananda betapa ketat dan basah vaginanya dan dia akan segera mengisinya dengan sperma panasnya. Setelah beberapa menit, dia berteriak dan melepaskan spermanya dalam vagina Ananda.

Aku mengarahkan kepala Ananda pada batang penis Rai dan dia mulai menjilatinya ke atas dan ke bawah. Aku menghampiri James yang sedang berbaring istirahat di tepi ranjang dan segera membersihkan penisnya dari sisa spermanya yang bercampur dengan cairan kewanitaan Ananda menggunakan mulutku. Jay langsung memanfaatkan situasi ini untuk segera melesakkan penis hitamnya ke vagina Ananda.

Dia kelihatan seperti akan protes pada awalnya saat penis hitam Jay menerobos masuk ke dirinya dan langsung mengerang begitu penis Jay telah menyentuh dinding rahimnya. Jay segera membuat gerakan memacu, mengocok vaginanya yang segera saja mengantarkan Ananda pada gerbang orgasme keduanya, sebuah klimaks yang panjang. Wajahnya mengekspresikan perpaduan antara rasa sakit dan kenikmatan tiada tara.

Seiring dengan Ananda yang tengah menikmati ledakan orgasmenya, aku tarik Jay dari tubuh Ananda, penis hitam panjangnya nampak berkilat berkilauan oleh cairan Ananda. Rai menarik Ananda, memeluknya dalam dekapan dadanya. Menghisap dan menggigit puting Ananda kemudian menempatkan penisnya dalam vagina Ananda yang telah kosong. Ananda menurunkan pantatnya perlahan memasukkan penis Rai yang ukurannya masih terlalu besar baginya, hingga akhirnya dapat tertampung masuk seluruhnya. Dia mulai menaik turunkan pantatnya di atas tubuh Rai. Lenguhan nikmatnya bergema di seluruh sudut kamar. Rai memegang erat pinggangnya menarik turun tubuhnya, beradu dengan tubuhnya sendiri hingga mengekspose belahan pantat Ananda pada Rai.

Aku mengambil Baby Oil dari kamar mandi Ananda dan melumurkannya pada batang penis Jay. Jay memposisikan dirinya di belakang Ananda dan mulai memaksakan penisnya untuk masuk dalam lubang anus Ananda yang masih perawan. Dia berteriak memohon jangan dan tidak berulang ulang, mencoba melepaskan diri dari penis Jay di belakangnya.

Rai mendekapnya erat dalam pelukannya, tangannya melingkar erat di pinggang Ananda. Jay kini mulai dapat memasukkan kepala penisnya ke dalam lubang anus Ananda dan menekan perlahan lebih ke dalam. Ananda nyaris berteriak keras begitu Jay akhirnya berhasil memasukkan seluruh batang penisnya ke dalam lubang anusnya. Bersamaan dengan penis Rai di dalam vagina Ananda, Jay mulai mengayun maju mundur penisnya dalam lubang anus Ananda dengan variasi dangkal dalam menyebabkan Ananda langsung mendongakkan kepalanya ke atas. Jay menggeram hebat begitu spermanya menyembur dalam anus Ananda.

James tiba-tiba menggantikan posisi Jay dan segera meggasak kembali lubang anus Ananda, sperma Jay meleleh keluar dari lubang anus Ananda begitu James melesakkan penisnya ke dalam. Dia juga tak sanggup bertahan lama dan dalam menit berikutnya menanamkan penisnya dalam dalam, mencengkeram dan memukul bongkahan pantat Ananda, menariknya rapat-rapat menempel erat dengan tubuhnya. Pinggangnya bergerak cepat maju mundur mengiringi pengisian lubang anus Ananda dengan spermanya lebih banyak lagi.

Rai mengeluarkan penisnya dan mengincar lubang anus Ananda sebagai pelepasan terakhir juga. Untuk 10 menit ke depan Rai menggoyang Ananda dari belakang. Aku mendekati Ananda dan menarik rambutnya ke belakang membuat wajahnya menengadah keatas. Langsung kuberi dia ciuman yang panjang dan dalam. Kemudian menyodorkan vaginaku ke depan wajah, hidung dan mulutnya. Kupegang kepalanya dan mendekatkannya pada bibir vaginaku, melingkarkan kedua pahaku pada lehernya memaksanya untuk membenamkan mulut dan lidahnya lebih dalam lagi pada vaginaku dengan tanganku yang mengendalikannya dari belakang kepalanya.

Dan meledaklah orgasmeku. Secara refleks, kuhimpit kuat-kuat kepalanya dengan kedua belah pahaku, menekan ke depan pantatku agar semakin dalam wajahnya tenggelam dalam vaginaku. Aku menggeram hebat. Tubuhku mengejang ngejang untuk beberapa saat, lalu lemas menyelubungiku. Ananda segera menarik kepalanya dari jepitan kedua pahaku seperti orang yang kehabisan nafas, Rai mendekatkan kepalanya ke arah vaginaku dan langsung menghisap habis cairan kenikmatanku, membuat wajahnya belepotan karenanya.

Jay dan James mengocok batang penis mereka saat Rai berteriak bahwa orgasmenya sudah dekat di dalam lubang anus Ananda. Rai menarik keluar penisnya dari anus Ananda dan segera mengocoknya di depan wajah Ananda. Teriakan Rai mengiringi tembakan spermanya pada wajah, pipi dan mulut Ananda yang terbuka menunggu.

Detik berikutnya Jay sudah berada diantara paha Ananda dan bersiap untuk memasukkan batang penisnya dalam vagina Ananda yang sudah sangat basah. Berdiri di ujung tempat tidur, dia memegangi kedua tumit kaki Ananda dan mulai menggoyang Ananda kembali. Bibir tengah vaginanya mencengkeram erat sekeliling batang penis Jay seiring tiap hentakan, kelentitnya ikut terdorong masuk begitu Jay menekan masuk penisnya. Orgasme Ananda berkesinambungan, Jay menggeram keenakan. James kemudian melumuri payudara dan perut Ananda dengan spermanya.

Jay tidak mengendorkan gerakannya sampai pada saat penisnya terasa akan meledak oleh dorongan spermanya, dan akhirnya meyirami rahim Ananda dengan guyuran sperma panasnya. Ananda berbaring telentang dengan kaki yang masih terpentang lebar. Sperma melumuri sekujur tubuhnya, dan meleleh keluar dari kedua lubang bawahnya. Para pria mengoles oleskan penis mereka yang basah pada wajah Ananda. Sedangkan aku juga telah mendapatkan lagi orgasmeku sendiri dengan permainan jari tanganku.

Aku pandangi Ananda, lalu mulai menjilat dan mengisap membersihkan sekujur tubuhnya dari sisa-sisa sperma. Tangannya membelai rambutku saat aku membersihkan sperma para pria yang masih tertinggal pada vaginanya.

Aku kenakan kembali pakaianku secepat aku melepasnya tadi dan bilang pada mereka kalau aku tak dapat tinggal lebih lama lagi dan harus segera pulang karena suamiku sedang ada di rumah sekarang.

*****

Aku terbangun keesokan harinya, segera ke rumah Ananda begitu suamiku berangkat ke kantor. Aku harus mencari tahu tentang semua kejadian semalam..

TAMAT

0 comments:

Post a Comment