Tangan Robby terus gerilya di semua lekuk tubuhku, sampai belahan selangkanganku. Aku terkejut sekali tapi aku tetap memejamkan mata, meskipun hatiku berdebar-debar tapi aku menikmati itu semua. Dia mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah tegang tadi di balik sarung yang membungkus batangku.
Kemudian Robby pun melingkarkan kakinya ke arahku, sehingga sekarang posisinya dia memelukku dan melingkarkan kakinya, sehingga aku pun merasakan kalau batang Robby pun tegang juga. Robby menggosok-gosokkan batangnya di pahaku pelan-pelan, aku merasakan itu semua tapi aku takut sekali, jadi aku hanya diamkan saja dia.
Cukup lama dia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di pahaku, kemudian kurasakan dekapan itu mengendur dan dia melepaskan pelukannya. Dengan mata sedikit terbuka kuintip apa yang dilakukan Robby selanjutnya, ternyata Robby mengeluarkan batang kemaluannya dari dalam celananya. Wow.., aku melihatnya meskipun hanya sedikit membuka mata, batang Robby ternyata cukup besar juga dan berwarna agak kemerahan.
Robby mengocok batang kemaluannya itu pelan-pelan, aku dengar dia merintih maskipun pelan. Dan sesaat kemudian kulihat dia sudah mengeluarkan spermanya, dilap sperma itu dengan tissue yang ada di dekat ranjangku. Lalu dia pun tidur dengan memelukku kembali. Aku baru dapat tidur menjelang pagi.
Ketika bangun kudapati Robby sudah duduk di depan komputerku, entah apa yang dilakukannya."Enak Rob tidurnya..?"
"Iya.." jawabnya.
Setelah mencuci muka, Robby pun berpamitan untuk pulang ke rumahnya.
Sambil keluar dari kamar aku bertanya, "Hari ini ada kuliah Rob..?"
"Tidak, hari ini aku nggak ada kuliah. Emang mau kemana..?" dia balik bertanya.
"Nanti beli sandal, ya.."
"Iya deh.., tapi telpon dulu aja nanti.. ya..!"
Robby pun pulang dan lenyap dari pandanganku.
Sore harinya pun aku telpon dia untuk mengajak keluar beli sandal. Setelah dapat sandal, kami terus pergi ke warnet. Di warnet Robby membuka situs-situs porno, tidak luput dia juga membuka situs-situs gay, tetapi aku diam saja sambil menikmati apa yang sedang dibuka-buka oleh Robby. Aku hanya berpikir mungkin Robby juga gay. Setelah itu kami pulang karena sudang malam.
"Tidur tempatku aja yuk..!" ajak Robby, "Besok kan libur."
Aku diam sejenak, lalu kuanggukkan kepala tanda setuju untuk diajak tidur di rumah Robby.
Kamar Robby cukup besar karena memang dia anak orang kaya. Di kamar kami mendengarkan musik sambil ngobrol-ngobrol.
"Kok sepi Rob.., pada kemana..?"
"Lagi pada ke Jakarta." jawabnya.
Kami pun tiduran sambil sesekali bercanda.
"De.., kulihat di komputermu kok banyak foto pria bugil, kamu suka ya..?" tanyanya.
Aku kaget sekali waktu itu, tapi aku diam sambil tersenyum.
Lalu dia berdiri, terus mengambil CD film.
"Kamu mau nonton ini..?" disodorkannya CD film itu padaku.
Ternyata CD itu BF Gay, aku kasih ke dia lagi.
"Coba saja..!" jawabku.
Kami pun nonton film itu sambil berbaring di ranjang Robby. Aku sangat terangsang sekali karena di sana terlihat dua orang bule yang saling berciuman dalam keadaan telanjang bulat dan terlihat penisnya yang sangat besar, membuat dadaku berdebar.
Lama kami menikmati film itu, kulirik Robby mulai terangsang. Dia mengelus-eluskan tangannya di sela-sela selakangannya. Entah siapa yang mulai terlebih dahulu, bibir Robby yang merah merekah itu sudah menempel di bibirku, kami pun berciuman. Aku membalas ciuman Robby, kulumat bibir Robby dengan bibirku dan kami pun berciuman mesra lama sekali.
Setelah mencium bibirnya, kulanjutkan turun ke arah leher. Kubuka kaos Robby yang masih menempel di tubuhnya, sehingga terlihat dadanya yang bidang dengan ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuatku semakin terangsang. Kuraba dada Robby sambil kujilati puting susunya yang kemerahan. Robby merintih pelan, seakan dia menikmati dengan apa yang kulakukan padanya.
Kulanjutkan ciumanku turun ke perut, turun ke pusarnya. Kuraba selangkangannya dan kurasakan batang kejantanannya sudah mengeras. Aku semakin bernafsu, aku pun berusaha untuk melepas celana jeans Robby. Dan berhasil kucopot sehingga kini Robby hanya menggunakan celana dalam warna putih saja. Ciumanku pindah ke daerah celana dalam Robby.
Kujilati batang yang masih berada di dalam sangkarnya itu penuh nafsu sambil mengelus-elus kedua pahanya yang putih dan ditumbuhi bulu-bulu lembut. Kubuka celama dalam Robby, batangnya yang dari tadi sudah ingin keluar itu sekarang tepat berada di depan mulutku. Semula aku agak ragu karena aku belum pernah melakukan ini semua, tapi didorong nafsu yang semakin memuncak, aku menciumnya.
Kujilati batang kejantanan Robby yang memerah. Kuremas-remas batang Robby sambil sesekali kukocok. Terus kukocok batang kemaluan Robby, Robby mengeliat-geliat dan mengerang menikmatinya. Dia menaikkan pantatnya sambil tangannya menekan kepalaku untuk melumat semua batang kejantanannya.
"Ough.. ough.. terus De..! Enak sekali..!" desah Robby.
Aku pun semakin mempercepat kocokanku di batang kemaluan Robby yang tegang, kaku dan merekah. Napas Robby tersengal-sengal dan erangannya pun semakin keras.
"Terus De.., ough.. ough..!"
Dan kemudian, crot.. crot.. cret.. Lahar putih pun keluar dari batangnya, sperma itu mengenai sebagian wajahku. Setelah itu kujilati lagi batang Robby yang masih ada sisa-sisa cairan spermanya, rasanya asin tapi aku menikmati itu semua. Robby pun terkulai lemas dan kulihat dia sangat puas dengan apa yang barusan kulakukan padanya. Aku pun berbaring di sebelah Robby, kuusap lembut dada Robby, kubelai rambutnya dengan mesra.
Beberapa saat kemudian Robby mengangkat wajahnya sehingga hidungnya menyentuh pipiku. Robby pun mencium pipiku, lalu bibirku. Bibir Robby yang merah merekah sangat menggairahkan, dia melumat bibirku. Aku pun membalas ciuman itu, sesaat kami berciuman. Robby pun meneruskan ciumannya ke leherku, terus ke dadaku. Digigitnya puting susuku, ku menggeliat, mengerang pelan karena merasa nikmat sekali.
Hal ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Diciuminya daerah pusarku sambil tangannya meremas-remas batang kejantananku yang sudah mulai mengeras lagi. Dia pun melepas celanaku sehingga aku sekarang hanya mengenakan CD saja. Robby terus menciuminya, Robby tidak memperdulikan kalau CD-ku sudah basah karena cairan spermaku tadi yang sudah keluar dari batangnya.
Dicopotnya CD-ku segera oleh Robby, dia langsung melahap batang penisku yang memang sudah menegang, menyodok seperti meriam. Dihisap dengan penuh perasaan, sesekali buahnya pun dikulumnya.
"Rob.. ah.. ough..!" desahku karena nikmatnya.
"Terus Rob..! Terus.., ach.., ach..!"
Aku tidak ingat apa-apa waktu itu karena rasa nikmat yang sangat-sangat nikmat.
Tetapi di tengah-tengah perasaan nikmat itu tiba-tiba robby berhenti mengulum batang penisku.
"Kok berhenti Rob..?"
Tetapi yang dilakukan Robby adalah dia setengah berdiri dan memintaku untuk mengulum batang penisnya. Dan kami pun mengambil posisi 69. Tidak kusia-siakan kesempatan ini, aku pun langsung mengulum batang penis Robby yang mulai membesar. Kuhisap, kulumat batang penis Robby dengan lembut dan penuh perasaan.
Kudengar Robby pun mengerang, "Ach.. ach.. enak sekali De..!"
Aku mengelinjang tidak tahan sewaktu Robby menjilati bagian kepada penisku, ia terus menjilatinya dan, "Ah.. ah.. Rob.. terus.. Rob..!"
Kurasakan seluruh tubuhku mengejang tidak karuan.
"Rob.., aku mau keluar nih.. Rob..!"
Akhirnya, crot.. crot.. crot..! Lahar putihku pun keluar.
Aku melihat Robby terus menjilati spermaku sampai tidak tersisa. Aku lemas, tapi tanganku sambil terus mengocok batang penis Robby.
"Terus De..! Terus..!"
Kupercepat kocokkanku. Robby mengerang, dan sperma Robby pun keluar juga. Tubuhku basah oleh keringat, begitu pun tubuh Robby.
Kami berdua terkulai lemas setelah menikmati apa yang selama ini menjadi angan-anganku dan telah baru saja menjadi kenyataan. Aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada Robby, aku hanya menatapnya sambil tersenyum, kemudian kupeluk Robby erat-erat. Akhirnya kami pun tidur dengan saling berpelukan, dengan tanpa sehelai benang menempel di tubuh kami.
Aku terbangun di pagi hari, tapi kulihat Robby masih pulas tidurnya. Aku pun tidak beranjak dari tidur karena aku ingin selalu berada di dalam dekapannya. Setelah beberapa saat kemudian Robby pun terjaga dari tidurnya juga, tetapi kami tidak saling melepaskan pelukan kami.
"De.., kamu mau jadi pacarku..?" aku hanya diam menatap wajah Robby.
"Rob..kamu pernah melakukan ini sebelumnya..?" tanyaku.
"Belum.. Baru kali ini aku melakukannya..! Kalau kamu De..?"
"Sama, aku juga baru pertama kali ini."
Aku agak malas untuk beranjak dari tempat tidur, begitu juga dengan Robby. Akhirnya kami pun ngobrol-ngobrol di tempat tidur. Robby menceritakan semuanya tentang dirinya. Bahwa dia sebenarnya sudah merasakan perasaan suka sama sesama jenis itu sudah sejak SMA, tapi dia juga tidak berani mengungkapkan itu semua.
Setelah agak siang, kami pun beranjak dari tempat tidur untuk mandi. Kami mandi bersama-sama, kami saling menggosok tubuh kami masing-masing. Setelah selesai mandi, aku pun pamitan untuk pulang, tetapi dicegah oleh Robby.
"Nanti aja, temani aku dulu..!" pintanya.
Akhirnya kami pun menghabiskan waktu kami untuk mendengarkan musik dan sesekali kami berciuman.
Begitulah cerita pengalaman saya bersama Robby, yang tidak pernah kulupakan. Sekarang Robby berada di Jakarta, sehingga kami pun berjauhan. Dan sekarang aku sendiri lagi.
Tamat
Home »
Sesama Pria
» Kekasih baruku - 2
Kekasih baruku - 2
Posted by Unknown
Posted on 5:32 PM
with No comments
0 comments:
Post a Comment