Waktu itu umurku 11 tahun umur yang sangat muda bahkan boleh dikatakan masih anak-anak untuk mengetahui mengenai hubungan sex atau bersenggama, mendengar kata itupun aku tidak pernah dan memang sebelum kejadian itu aku tidak pernah tahu mengenai masalah sex apalagi berhubungan sex dengan lawan jenisku. Tetapi karena kejadian itulah yang menjadi awal hidupku dalam bersex, aku langsung melakukan, merasakan dan mengetahui hubungan sex dan kenikmatannya sampai sekarang.
Seperti hari-hari biasanya sepulang dari sekolah aku pasti langsung keluar bermain sehabis makan siangku, waktu itu aku dan dua teman laki-lakiku serta satu teman perempuan, sebut saja namanya Awal, Nono dan Ana pergi bermain ke rumah salah satu teman perempuan kami yang masih satu lorong dengan kami namanya Tari.
Diantara kami berlima hanya Ana yang mempunyai postur tubuh yang seperti orang dewasa, maksud saya seperti sudah berumur 16 tahun padahal umurnya baru 13 tahun, lebih tua dua tahun dari kami berempat. Rumah Tari berada paling dalam di lorong kami kira-kira 6 rumah dari rumahku. Aku, Awal, Nono dan Ana berjalan menyusuri lorong kami menuju rumah Tari yang berada paling belakang. Kamipun tiba didepan rumah Tari tetapi rumah itu kelihatan sepi tidak seperti biasanya terdengar keras suara tape yang diputar oleh ibu Tari. Akupun mulai membuka pintu halaman dan masuk ke halaman diikuti Ana, Nono dan Awal.
"Tari.. Tari..", teriak Ana mencoba memanggil.
"Klek.. klok", terdengar suara kunci pintu depan dibuka dan keluarlah seorang wanita dari pintu itu.
"Mari, cari Dik Tari ya?", tanya wanita itu yang ternyata adalah Wati, pembantu di rumah itu.
Tak lama kemudian dari belakang Wati muncul Tari sambil memegang sebuah gelas berisi air.
"Ayo naik", Tari menyuruh kami naik ke teras rumah.
"Kok sepi", kataku.
"Mama dan Papaku lagi ke luar kota selama 2 hari", jawab Tari.
Mungkin karena udara siang itu gerah sekali maka Tari hanya memakai baju kaos kutang(mini size) dan rok pendek berwarna biru sehingga kulitnya yang putih dan mulus itu hampir kelihatan seluruhnya kalau payudaranya sih belum ada, ada sih tetapi 'BaTuTe' alias 'Baru Tumbuh Tete' namanya juga masih anak-anak pantas saja kalau ia berani hanya memakai pakaian seadanya itu. Tari memang mempunyai wajah dan postur tubuh yang sangat feminin dibanding dengan Ana.
Tari sudah tahu kami datang kerumahnya untuk bermain, Taripun masuk kedalam rumah dan kemudian keluar dengan membawa segala macam permainan yang akan kami pakai bermain. Lalu Watipun keluar membawa satu ceret berisi sirop dan lima gelas kosong dan diletakkannya diatas meja teras.
"Kalau ada yang haus ini minumnya aku taruh disini", yang kemudian masuk kedalam meninggalkan kami yang sudah asyik bermain dengan permainan kami masing-masing.
"Dik Tari aku ke tetangga depan dulu ya..", kata wati yang sudah berada dibawah halaman.
"Jangan lama ya Kak Wati! Kalau mereka semua sudah pulang aku sendirian", kata Tari kepada pembantunya itu, yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Wati dan langsung keluar dari halaman dan menghilang.
Kamipun semakin asyik dan bebas bermain dirumah yang penghuninya tinggal Tari sendiri.
Karena capek atau mungkin juga bosan akupun berhenti bermain dan menuju meja tempat air sirop yang disediakan Wati tadi sebelum pergi meninggalkan kami. Aku menumpahkan sirop itu kedalam gelasku dan meminumya dengan perasaan haus kemudian aku berbaring dilantai teras itu. Rupanya Tari, Ana, Awal dan Nono melihatku berhenti bermain merekapun ikut berhenti dan mengambil minum, sama seperti aku lalu beristirahat. Awal dan Nono ikut-ikutan berbaring di sampingku sementara Tari dan Ana duduk di kursi teras sambil berbincang-bincang ringan.
"Bagaimana kalau kita nonton video sambil beristirahat, nanti sebentar selesai nonton baru kita lanjut bermain lagi?", kata Ana kepada kami.
Ide Ana itu akhirnya kami setujui bersama, lalu kami berlima bergegas masuk kedalam rumah menuju ke ruang tengah tempat televisi berada.
"Mau putar film apa ya..?", tanya Tari kepada kami sambil membuka lemari tempat penyimpanan kaset videonya.
"Film kartun ada Tar?", tanya Nono.
"Aduh baru kemarin sepupuku datang untuk meminjam film itu", jawab Tari.
"Bagaimana kalau film perang atau detektif saja", kata Awal asal.
"Oh kalau itu banyak disini, Papaku suka nonton film perang tetapi yang mana ya..?", sambil menarik kemudian melihat satu-persatu kaset video yang ada didalam lemari itu dibantu oleh Ana.
Ana memang paling suka nonton video dirumahnya jadi urusan memilih film kami serahkan pada dia.
"Bagaimana kalau yang ini", seru Ana sambil mengangkat sebuah kaset berwarna merah.
Setelah aku melihatnya dari dekat kemudian membaca dan melihat gambarnya ternyata film 'James Bond(007)' yang setahu aku terkenal dengan adegan-adegan adu tembaknya dan kejar-kejaran dengan mobil. Film itu juga terkenal atau lagi trend pada waktu itu.
"Aku pernah nonton ini sebagian dirumahku, aku jamin pasti tegang", kata Ana pada kami sambil menyerahkan kaset video itu kepada Tari untuk diputarkan.
Kamipun mencari posisi masing-masing diruangan itu untuk menonton film tersebut sementara Tari sibuk menyetel-nyetel video dan televisinya, aku melihat Awal duduk diatas sofa sambil mengangkat kakinya satu yang tanpa dia sadari penisnya keluar sedikit dari samping celananya karena hanya memakai celana pendek dan tidak mengenakan celana dalam sama seperti saya, Nono dan anak laki-laki seumur kami di daerahku, sementara Nono mengambil posisi tiarap di lantai persis di depan sofa tempat awal duduk. Taripun mundur ketika film sudah mulai bermain dan duduk bersila di sofa panjang tempat Ana sedang tiarap dengan posisi melipat kakinya kedepan sehingga roknya terangkat dan celana dalamnya dapat terlihat dengan jelas olehku karena aku duduk tepat dibelakang sofa Tari dan Ana, aku memang berada paling belakang dari mereka berempat kira-kira satu meter jaraknya dari depan televisi.
Adegan pertama dari film itu sudah seru sekali kami lansung tegang menyaksikannya, adegan tembak menembak dan saling kejar dengan mobil membuat kami kadang berteriak dan sesekali menahan napas, pokoknya seru sekali. Tanpa sengaja aku melihat kearah Tari yang lagi duduk bersila sambil memegang sebuah gelas panjang dan diletakkan ditengah kedua belah pahanya, apabila ada adegan yang tegang gelas itu dijepit erat sekali oleh kedua pahanya dan menekan turun gelas itu, aku jadi ketawa sendiri melihat kelakuan Tari itu, bukan karena pikiranku ngeres tapi karena aku membayangkan seandainya gelas itu tiba-tiba pecah dan dia kaget.
Akhirnya sampailah pada salah satu adegan yang juga tak kalah menariknya dari adegan-adegan adu tembak, ternyata film itu ada adegan ranjangnya, ditambah lagi film ini tidak memakai teks bahasa Indonesia seperti film asing lain yang telah melalui sensor sehingga adegan yang kami lihat betul-betul full sex untuk ukuran anak seusia kami. Prianya bertelanjang bulat hanya penisnya saja yang tidak kena kamera (shoot), namun wanitanya hampir kelihatan semuanya hanya vaginanya yang sesekali terhalang oleh suatu benda.
Keadaan diruangan itu menjadi sunyi ketika adegan panas itu berlangsung beda pada waktu adegan sebelumnya kami kadang harus mengeluarkan teriakan karena tegang. Kini kami semua terdiam hanya suara desahan dan rintihan yang terdengar dari dalam televisi serta suara napas kami yang saling memburu tidak menentu menyaksikan adegan panas di film itu.
Perasaanku menjadi panas dingin tak menentu, penisku mulai ereksi, beberapa kali terpaksa aku memasukan tanganku ke dalam celana untuk memperbaiki posisi penisku yang semakin kuat berereksi, lagipula akukan berada pada posisi paling belakang dari teman-temanku dan tertutup oleh sofa tempat Tari dan Ana, jadi tidak ada yang bisa melihat pikirku, justru aku yang dapat dengan leluasa mengamati mereka berempat dari belakang.
Aku melihat Awal sudah menurunkan kakinya satu yang tadi berada diatas sofa, kini kedua pahanya dirapatkan mungkin ia sedang menjepit juga penisnya yang sedang ereksi. Sedangkan Nono yang masih tiarap di lantai walaupun dilihat sepintas tidak melakukan aktivitas tetapi dari tempatku, aku amati dengan jelas pantatnya sesekali bergoyang-goyang kecil menekan kebawah seperti ingin menghancurkan lantai yang berada dibawahnya dan Ana kini telah berubah posisi, ia sudah tidak tiarap lagi diatas sofa tetapi berbalik dan terlentang sambil kakinya dilipatkan dan menggoyang-goyangkan kedua pahanya sehingga roknya jatuh ke belakang yang tentu saja pahanya yang sintal kelihatan olehku tetapi bukan itu saja celana dalamnya juga aku lihat dengan jelas ada semacam bukit kecil yang tersembunyi dibalik celana dalam itu setelah aku perhatikan dengan seksama apalagi ketika kedua pahanya dalam posisi terbuka. Beda dengan yang lain, Tari semakin rapat menjepit gelas ditengah pahanya sambil tersenyum kecil dengan wajah putihnya yang sudah kemerahan.
Akhirnya film itu selesai kami tonton, kami saling memandang dan saling melempar senyum satu sama lain sementara Tari menuju ke tempat videonya untuk mematikan televisi dan video. Aku, Nono dan Awal berjalan kembali menuju teras dengan maksudku untuk melanjutkan bermain.Tak lama kemudian Tari dan Ana juga sudah berada diteras bergabung dengan kami bertiga.
"Aku pulang dulu ya", kata Nono.
"Aku juga", seru Awal kepada kami, lalu mereka turun dari teras dan pulang entah kenapa mendadak begitu.
Sekarang kami tinggal bertiga setelah Awal dan Nono pulang kerumahnya, sementara hari sudah semakin siang namun Wati pembantu Tari belum pulang Juga mungkin asyik ngerumpi dengan pembantu tetangga depan sehingga lupa waktu.
"Bisa tidak kamu meniru gerakan yang di film tadi?"
"Bisalah!" jawabku membalas pertanyaan Ana.
Lalu aku melakukan gerakan-gerakan menembak, memukul, menendang pokoknya seluruh gerakan laga yang ada di film tadi, tetapi rupanya bukan gerakan itu semua yang diinginkan oleh Ana lalu ia berjalan menuju kearah Tari dan mengajak Tari masuk kedalam ruangan tempat kami menonton tadi akupun mengikuti mereka berdua dari belakang. Aku berpikir mungkin Ana menyuruh memutar film lagi agar aku bisa melihat gerakan laga yang ada di film. Tetapi ternyata kenyataannya lain, Tari ia baringkan di sofa panjang tempat duduk mereka berdua nonton tadi, lalu mengangkat rok Tari keatas, jelas saja Tari kaget dan menarik turun roknya kembali. Tetapi ternyata Ana tidak berhenti sampai disitu.
"Kamu mau nggak jadi bintang film?", kata Ana kepada Tari.
Lalu Tari mengangguk pelan dan membiarkan Ana mengangkat kembali roknya ke atas sambil saling berbisik entah apa yang mereka perbincangkan. Ana tidak berhenti beraktivitas iapun membuka celana dalam Tari sehingga paha putih Tari kelihatan dengan jelas bukan hanya itu yang Ana lakukan iapun datang ke arahku yang sedang bengong bercampur heran melihat perlakuan Ana terhadap Tari. Aku yang seperti orang bodoh megikut saja ditarik oleh Ana menuju ketempat Tari yang sedang berbaring, jantungku berdegup kencang sekali ketika sudah berada dihadapan Tari bagaimana tidak aku melihat dengan sangat jelas vagina Tari yang masih tertutup rapat seperti mulut yang lagi tersenyum padaku, apalagi melihat bulu-bulu halus yang baru tumbuh di sekitar vaginanya namanya juga aku anak laki-laki yang normal penisku langsung ereksi melihat pemandangan nyata seperti itu, bukan di layar televisi yang biasanya kena sensor.
Bersambung...
0 comments:
Post a Comment