Namaku Robby. 10 tahun yang lalu, aku punya kisah nyata yang sangat asyik dan sayang untuk tidak aku bagikan pada rekan netter 17Tahun. Pengalamanku memuaskan istri teman yang sedang birahi berat namun tidak mendapatkannya dari sang suami, sangat membekas dalam kehidupanku, sehingga karena pengalaman ini pula yang membuat aku sampai kini sering sulit untuk menolak beberapa istri kesepian yang membutuhkan pemuasan birahi. Seperti netter ketahui (yang sudah berpengalaman RT), bila istri sudah birahi dan tidak mendapatkan pemuasan yang maksimal, banyak efek samping yang akan timbul, seringkali keluhan nyeri kepala, mual dan gangguan emosional selalu menyertainya.
Aku hidup dan berbisnis di kota D dengan pulaunya yang sangat terkenal di mancanegara, juga dengan pantai K nya yang indah, tempat wisatawan menjemur diri. Aku bergerak dibidang farmasi. Aku punya teman dekat, baik secara persahabatan maupun dalam bisnis. Namanya Har (samaran) dan istrinya cantik, anggun, usianya sekitar 25 thn, biasa dipanggil Henny. Hubungan bisnisku dengan Har dan istrinya berjalan sinergis, karena Har dan Henny bergerak dibidang Alat Kesehatan (Alkes). Aku sering membawa klien/konsumen pada mereka, demikian juga aku sering mendapatkan orderan dari mereka. Setiap Har memberikan orderan sales untukku, Henny selalu menambahkan orderan tersebut, sehingga menguntungkan aku secara value. Hal ini menambah rasa respekku pada Henny, karena dia selalu memperhatikan dan membantu salesku kalau sedang jelek, tanpa sang suami mengeluhkannya.
Berjalannya waktu, sekitar 1,5 tahun sejak aku kenal mereka, bisnis kami berdua sukses dan Har mengembangkan usahanya sampai keluar kota, bahkan keluar pulau. Seringkali kalau Har pergi cukup lama, dia selalu menitipkan istri dan anaknya padaku untuk aku perhatikan segala sesuatunya. Karena kedekatanku sudah seperti keluarga sendiri, setiap pesan Har selalu aku perhatikan. Aku akui, bahwa Har sungguh berbahagia memiliki istri yang boleh aku katakan mendekati sempurna, dengan tinggi 167 cm, berat sekitar 49 kg, kulitnya putih mulus, penampilannya lemah lembut dengan sedikit kemanjaan dan di pipinya tak ketinggalan dengan lesung pipitnya. Kesanku bahwa kedua insan ini nampak rukun, damai, karena setiap aku berkunjung ke tempatnya, tak pernah sekalipun sang suami tidak didampingi istrinya dan setiap kali istrinya selalu tidak pernah jauh duduk disebelah suaminya sambil salah satu tangannya menggelayut dipundak sang suami, mesra sekali nampaknya. aku jadi iri dibuatnya.
Suatu ketika, Har telepon aku dan berpesan titip anak dan istrinya, karena Har akan ke pulau K selama seminggu.
"Rob, aku mau ke K seminggu, kamu kalau butuh order, langsung aja sama henny yach, tolong perhatikan juga anak istriku ya", pesannya.
"Okey Har, ngga usah kuatir, akan aku bantu apapun keperluan istrimu".
Seperti biasanya, setiap Selasa aku selalu datang ketempat keluarga har untuk mendapatkan orderan, dan seperti biasa juga bila sang suami tidak ada maka Henny yang menemuiku.
"Hay Hen, gimana kabarnya, aku minta orderan nikh, kasih yg banyak ya", pintaku padanya.
"Mau berapa kamu Rob, aku sih siap bantu kamu berapapun kamu minta", balasnya.
Ahh, kalau itu sih aku yakin Henny tahu kebutuhanku, iya ngga?".
Setelah pelanggan sepi dan aku mendapatkan orderan dari Henny, aku akan pamit pulang.
"thanks orderannya ya Hen, kalau ada problem, kontak aku aja", pesanku.
Aku langsung tancap kemobil dan membuka pintu.
"Robby, Rob, ntar dulu, kenapa sih buru-buru pulang?", tanya Henny.
Belum sempat aku menjawabnya, dia langsung menyampaikan keluhannya.
"Rob, itu lho si Raymond (anaknya) agak ngga enak badan, suhu badannya tinggi, dimana yach dokter anak yang bagus, kamu khan tahu?", katanya.
"Oh ada, itu dr. AH di jl.Diponegoro, bagus dokternya", kataku.
"Kamu bantuin aku yach, antarin aku ntar sore", pintanya.
Aku bingung untuk menjawabnya, bingung antara menolong sebagai istri teman baikku dengan perasaan sungkanisasi yang tinggi karena suami tidak ada, kuatir jadi bahan gunjingan tetangganya, apalagi dokter spesialis anak tsb sampai malam selesainya. Henny tahu keraguanku.
"Ayolah Rob, please bantu aku. Pegawai dan sopirku jam 05.00 sore khan udah pulang. Apa aku perlu telepon istrimu untuk mintain ijin?".
Karena kasihan anaknya sakit dan dia sendirian tanpa suami, aku iba.
"Okeylah, kamu mau telepon istriku atau ngga, terserah. Pokoknya ntar sore jam 16.50 wita, aku jemput kamu yach, jangan terlambat", jawabku.
"Thanks ya Rob, kamu baik banget deh, aku udah siap pasti", sahutnya.
Tepat pukul 16.50 wita aku sudah berada di depan pintu rumahnya. Aku tekan bel rumah dan selang beberapa saat Henny muncul dengan pakaian sederhana.
"Ntar ya Rob, tadi ada pelanggan itu lho, aku jadi belum siap kamu datang. Tunggu bentar yach, kamu baca-baca dulu deh", katanya.
"Okey Henny, sampaikan dulu, rias yang cantik biar dokternya naksir ama kamu", gurauku padanya tanpa ada jawaban darinya.
Sekitar 15 menit kemudian, muncul Henny dari balik pintu kamar dengan Gaun yang amboi indahnya. Gaun yang sepantasnya digunakan saat ada pesta atau acara resmi. Aku tertegun akan kecantikannya, kelembutannya dengan mengenakan gaun tersebut. Dengan gaun panjang, putih halus kombinasi bunga-bunga tulip pink didadanya kebawah, aroma parfumnya yang lembut dan pati harganya diatas 1 juta. Dengan sepatunya yang tidak terlalu tinggi (memang Henny body nya sudah tinggi), menambah keanggunan dirinya.
"Hey Rob, emangnya kenapa? koq bengong gitu sih? cantik ngga gini?", tanya Henny.
"Aduh, anggun banget lho Hen. sampai aku terpesona. Apa ngga terlalu bagus untuk hanya kedokter anak, Hen?", saranku padanya.
"Karena Robby yang suruh, okey aja aku tukar bajunya. Kalau gitu, kamu tunggu dulu ya Say..", jawabnya sambil berlari masuk ke kamarnya.
Terkejut aku dibuatnya. apa aku ngga salah dengar nikh, sejak kapan Henny panggil aku semesra itu? Memang bukan henny kalau tidak buat hatiku selalu berdetak keras, dag.. dig.. dug..! Kejutan demi kejutan makin membuat aku mengaguminya. Aku sendiri diruang tamu menunggu sang bidadari ganti pakaian. Sudah 2 kali aku dikejutkannya. Lamunanku pada kejutan pertama dengan gaun indahnya, kedua panggilan mesra yang "mungkin hanya boleh ditujukan pada orang yang paling dicintainya".
"Rob, gimana kalau aku pakai pakaian casual gini, masih feminin ngga?", tanyanya dengan penuh manja sambil menggendong si Raymond (anaknya).
Kembali aku tertegun dibuatnya.Dengan jeans ketatnya dikombinasikan atasan tipis warna biru muda, dengan bunga-bunga kecil warna putih hijau, dibagian bawah bajunya ditali simpul, menampakkan keanggunannya walaupun dengan pakaian gaya apapun. Bisa feminin, bisa juga sensual dengan pakaian casualnya.
"Rob, koq diam aja sih, ngga setuju aku casual gini ya?", tanyanya.
"Henny bidadariku, aku sangat setuju 1000% deh, anggun banget kamu".
"Apa, apa kamu tadi bilang Rob, coba ulangi sekali lagi?", pintanya sambil mendekat dan mencubit perutku sebelah dalam.
"Aduh, sakit lho Hen!", teriakku kecil, karena takut si kecil terkejut.
Tanpa basa-basi lagi, aku segera ajak Henny dan anaknya segera berangkat, karena aku sudah daftarkan dan mendapatkan urutan nomor 26. Perjalanan aku tempuh cukup singkat dan aku bersama Henny terdiam membisu selama menunggu giliran dipanggil masuk. Pikiranku berkecamuk membayangkan kemanjaannya, cara dia mencubitku. Juga saat itu aku kuatir bila ada teman istriku yang lain ketemu dipraktek tsb, atau jumpa relasi, khan bisa timbul rumors macam-macam nantinya, walaupun kalaupun istriku tahu, tidak akan menimbulkan masalah. Kemudian giliranku dipanggil masuk, aku suruh dia masuk sendiri keruang dokter, tapi wajahnya cemberut tanda protes. Aku bingung, gimana nanti sang dokter ngga kaget, koq aku sama perempuan lain? (dokternya sudah kenal denganku). Aku ikuti saja kemauannya, dan setelah aku jelaskan persoalannya pada sang dokter, diperiksa dan diberikan resep. Aku keluar dan menebus obat racikan diapotik sebelah praktek dokter.
Semua berjalan lancar dan aku meluncur pulang kerumah Henny. Si kecil ternyata tertidur pulas dan ternyata tiudrnya terus sampai pagi tidak bangun. Rupanya si kecil cukup paham terhadap sikap, keinginan hati sang maminya. Dalam perjalanan, aku tidak banyak komentar, demikian juga dengan Henny. Entah mengapa, sejak aku panggil dia bidadari, sejak saat itu dia banyak diam. Diam yang bagaimana, hanya Henny yang bisa menjawabnya. Namun nampak wajahnya penuh sorot bahagia, dibuatnya dikit-dikit manja padaku, tanpa mau bicara. Itulah wanita, seribu rahasia hatinya disimpan rapat, bagaikan merpati yang tulus dan suci. Tapi kalau sudah kena hatinya, apapun dia akan pasrahkan, apalagi kalau sang arjuna bisa memanjakannya. Aku rasa semua wanita mempunyai kemiripan yang sama, wanita itu ingin dipuji, dipuja, disanjung, dimanjakan, maka pasti seluruh jiwa raganya akan dipasrahkan pada kita. Banyak pria kurang memahaminya, wanita dijadikan obyek derita, wanita dijadikan pelampiasan nafsunya, tanpa mau mengerti perasaan wanita. Karena hal ini, timbul banyak maslah RT dalam perkawinan, itu tidak lain karena kaum Adam biasanya super egois. Tapi syukur, aku salah satu type pria yang mau mengerti jiwa wanita, aku bisa menyelami perasaan wanita dan aku punya kelebihan bisa membaca suasana hati wanita yang sedang aku hadapi. Demikian yang aku hadapi saat ini, sesosok istri yang cantik, anggun dan manja, penuh romantisme, feminin dsb.
Tepat pukul 18.55 wita, aku tiba kembali dan Henny segera masuk kamar tidur si kecil dan aku menutup pintu pagar. Mobil tetap aku parkir diluar, karena aku pikir tidak lama aku akan pamit pulang. Semua aku lakukan hanya demi menghormati teman baikku, tidak enak berlama-lama dirumah dengan istri orang sendirian saja.
"Rob, kamu jangan pulang dulu yach, temenin aku dinner, okey?", tegur Henny setelah keluar dari kamar.
"Aduh Hen, sorry deh, ini udah malam, ngga enak dilihat tetangga. Khan suamimu ngga dirumah", jawabku.
Tanpa kuduga, wajahnya langsung memerah dan menampakkan kekecewaan yang dalam.
"Rob, aku itu ngga bisa ma'em sendirian, ntar aku ngga ma'em sakit, khan kamu yang repot nganterin aku ke dokter lagi", rayunya padaku.
"Gimana ya Hen", jawabku singkat dan bingung.
"Udah deh, apa aku perlu teleponin istrimu. Please Rob, please bantu aku, temenin aku sekali aja, khan ngga tiap kali kamu bisa nemenin aku berdua aja dinner di rumahku?", rayunya penuh manja.
"Khan udah sering aku makan malam disini, Hen", jawabku menguji.
"Aku pingin berdua aja ama kamu Say.., please yach. Aku mau banyak curhat ama kamu, kapan lagi Rob, mau ya, yach?", pintanya terus merengek tanpa aku diberi kesempatan menjawabnya.
"Ayolah Rob, aku udah siapin masakan kesukaan kamu lho siang tadi. Kamu khan paling suka Tenderloin steak thoo..?", serbunya tanpa aku bisa komentar.
"Okey Hen, gini aja. Aku call suamimu dulu deh, biar suamimu tahu anakmu sakit dan aku tadi ngantarin kamu dan.. aku diundang dinner kamu, gimana okey..?", ini permintaanku yang rasanya win-win situation.
"Boleh aja Rob, berarti kamu mau khan, asyiik..!", begitu responsnya.
Aku berpikir, gawat juga deh menghadapi istri seperti gini, situasi ini bikin aku sulit menolaknya dan segera aku kontak si Har untuk memberitahunya dan ternyata Har penuh pengertian dan sangat percaya padaku dan istrinya.Akankah kepercayaan ini disalahgunakan?
Pembicaraanku dengan suaminya didengar oleh Henny dan langsung wajahnya menampakkan sinar bahagia, seperti anak kecil mendapatkan ice cream.
"Nah Rob.., kamu tunggu bentar yach, aku ganti baju dulu dan siapin ma'em nya biar asyik, benar ngga Say..?", pintanya dengan senyum manis.
"Yach.., aku tunggu deh", sahutku.
Aku pikir, sejak sore hari sudah 3 kali panggil aku dengan kata "Say", apa gak salah tuh istri Har ini?
Bersambung ...
Home »
Tukar Pasangan
» Pagar makan tanaman - 1
Pagar makan tanaman - 1
Posted by Unknown
Posted on 2:18 PM
with No comments
0 comments:
Post a Comment