Namaku Henry, Umurku 28 tahun. Aku adalah seorang pria yang tergolong lumayan attractive dan charming. Tinggiku 172 cm, beratku 65 kg dan mempunyai badan yang tergolong proporsional. Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta di kota J. Aku tergolong orang yang rajin dan smart, at least itu menurut rekan kerja dan Bossku. Bossku sangat menyukaiku sampai-sampai dia menganggapku sebagai anaknya. Maklum karena dia pun tidak mempunyai anak laki-laki. Dia hanya mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Helen.
Bossku sudah tua - dia berumur sekitar 70 tahun dan sudah sakit sakitan - yang terakhir telah di diagnosa oleh dokter adalah kanker paru-paru. Karena dia tidak mempunyai anak laki-laki dan dia sangat cemas dengan keadaan putrinya bila dia nanti telah tiada, maka akhirnya dia menjodohkanku dengan putrinya sendiri. Saya dan Helen akhirnya menikah setahun yang lalu.
Helen adalah seorang wanita yang menurutku sangat anggun dan cantik. Dengan tinggi 167 cm dan berat 48 kg, berambut panjang dan di-highlight dengan warna sedikit blonde, berkulit putih bagaikan porcelain, maklum karena Helen adalah seorang keturunan Tionghoa. Dan dia mempunyai tubuh yang sangat bagus dan sexy. Mempunyai buah dada yang cukup besar, at least berukuran 34 C dan mempunyai pantat yang sangat sexy, bulat montok dan tidak turun, kaki yang panjang dan betis yang menyerupai bunting padi, tumit yang menyerupai telur ayam kampung.
Pada waktu hari perkawinan kami, aku merasa sangat beruntung karena mendapatkan seorang wanita yang cantik dan juga perusahaan yang besar. Pada malam pertama, saya sudah tidak sabar lagi untuk segera meniduri istriku dan menikmati badannya yang perfect itu meskipun saya tahu bahwa dia sebenarnya sudah tidak virgin lagi, karena dia besar di luar negeri. Tetapi itu juga bukan masalah buat saya yang sudah terbiasa dengan kehidupan yang sangat liberal karena sayapun telah di kirim ke LN oleh Papa saya sejak saya berumur 14 tahun.
Pada malam pertama tersebut setelah pesta perkawinan kami yang di selenggarakan di Hotel M di kota metropolitan ini, kami masuk ke suite kami yang sudah di sediakan oleh hotel M untuk kedua mempelai setelah pesta selesai. Uuh alangkah bahagianya saya, dan saya pun sudah tidak sabar untuk mencumbu istriku.
Sesaat kami memasuki ruangan suite, saya langsung memeluk istriku dari belakang yang masih memakai gaun pengantin dan menciumi lehernya. Dan pada saat itu juga saya merasa sangat horny. Tangan kananku menarik gaun pengantinnya ke atas dan mulai meraba-raba pahanya yang so smooth. Dan tangan kiriku meremas teteknya. Aah gila bener bener perfect.., pikirku. Tetapi Helen tetap bersikap dingin dan malah tiba tiba Helen mengelak dan menarik tubuhnya dariku dan berkata..
"Sabar donk Hen, gua kan masih pake baju ini dan gua cape sekali!"
"Boleh nggak malem ini kita nggak ngapa-ngapain? Gua cape banget nih, emang loe nggak cape?", tanyanya padaku.
"Yah udah sayang kalo kamu cape mungkin kita lakukan besok malam saja OK?" kataku.
Lalu dia pelan pelan melepas gaun pengantinnya sampai hanya tinggal pakaian dalamnya, pantyhose, dan sexy high heel sandalnya saja yang tertinggal di badannya. Ohh my gosh, sexynya, pikirku hingga kontan penisku bangun dan menjadi keras sekali.
Lalu dia akhirnya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku hanya terduduk di sofa sambil mengelus-ngelus kontolku sendiri yang sudah tegang.
"Damn!! Masa gua harus ngocok sih?" pikirku dalam hati.
"Ah sabar deh besok juga dapat masa enggak sih gua kan udah menjadi suaminya, mungkin dia capek sekali..", kataku dalam hati.
Akhirnya kami melewati malam itu tanpa ada excitement. Keesokan harinya waktu aku terbangun dari tempat tidurku, aku melihat ke samping ternyata dia sudah tidak ada di sebelahku. Lalu aku melihat ke sekeliling kamar, ternyata dia pun tidak ada. Lalu aku melihat note dari dia yang mengatakan bahwa dia sudah ada di cafe hotel sedang breakfast dan aku ditunggu di bawah untuk membicarakan sesuatu. Apa lagi sih? Aneh bukannya breakfast di ranjang malah turun ke bawah ada-ada aja nih orang!, gerutuku.
Lalu aku mandi dan bersiap-siap untuk turun ke bawah. Dan akhirnya kutemui dia di bawah. Kulihat dia sedang duduk sendiri sambil menghisap rokok.
"Ngapain di sini, kok bukan breakfast di kamar aja?".
"Sebenernya ada hal penting yang mau gua omongin sama loe Hen", jawabnya.
"Loh ada apa nih?", tanyaku.
"Sebenernya gua nggak mau married sama loe, tapi gua terpaksa karena Papa gua. Kalau saja Papa nggak dalam keadaan sakit seperti ini dan bukan permintaannya yang terakhir, gua nggak bakal married sama loe..", jawabnya malas-malasan.
"Ooh gila, kok jadinya seperti ini?" kataku kaget.
"Jadi mau kamu bagaimana?", tanyaku lagi.
"Yah udah kita tetep married selama Papa masih hidup, lalu kita atur perceraian setelah Papa meninggal gimana?"
"Wah kamu sih gila Len! Mana bisa seperti itu? Mana bisa cerai sebegitu gampang?", tanyaku gusar.
"Well Hen take it or leave it, cepat atau lambat gua juga musti cerai sama loe, gua masih mau free, gua nggak mau committed, and please jangan batasi hidup gua and jangan omong macem-macem sama Papa! Udah deh, gua sekarang mau pulang ke rumah. Lu kan musti ke kantor, ntar kita ketemu deh di rumah malem setelah kamu pulang dari kantor, kita bicarain lagi. Gua pusing nih..", katanya dengan nada tidak sabar.
Lalu dia pergi meninggalkanku. Aku duduk terbengong untuk beberapa saat dengan pikiran sangat kacau. Dan setelah 2 jam aku bengong merenungi nasibku yang aneh ini, aku berfikir untuk tidak pergi ke kantor dan beinisiatif untuk pulang ke rumah dan menemui Helen untuk membicarakan hal ini lagi.
Pada saat kuparkir mobilku di rumah kami yang luas pemberian mertuaku, saya langsung berjalan masuk menuju rumah, dan ketika menaiki anak tangga menuju ke kamar tidur, aku mendengar suara musik dan mendengar 2 orang sedang berbicara dengan nada yang mendesah desah. Lalu dengan berjalan sangat perlahan aku mencoba untuk mengintip. Dan aku melihat istriku bersama Roni anak buahku di kantor sedang berpelukan dan berciuman. Hatiku menjadi panas sekali apa lagi sebenarnya Roni adalah anak buahku yang paling aku benci. Tetapi meskipun begitu Roni adalah pemuda yang cukup ganteng dan memiliki tubuh yang atletis dan disukai oleh banyak wanita, at least itulah yang saya dengar dari anak buahku yang lain.
Awalnya aku ingin langsung masuk ke kamar untuk melabrak mereka tapi kuurungkan niatku, dengan tetap mengintip dan mencari posisi yang lebih baik supaya dapat melihat dengan jelas apa yang sedang mereka perbuat. Pelan pelan aku melihat mereka sedang berpelukan, berciuman dan tertawa-tawa kecil, lalu aku mendengar Roni bertanya..
"Len, gimana malam pertama lu, hehehe enak?"
"Wah gua kaga ngapa-ngapain tuh, males gua soalnya yang ada di otak gua dari kemaren cuma kontol loe aja, gua kangen sama loe Ron, and gua juga kangen sama kontol loe yang nikmat itu, gua pengen di entot sama loe Ron, gua nggak bisa tidur semalem, gua ampe masturbasi di kamar mandi sendirian waktu si tolol Henry itu tidur, sambil ngebayangin kamu ngentotin gua Ron, hehehe..", jawab helen dengan tertawa nakal.
Gila nggak menyangka kalo Helen seorang yang kelihatannya seorang yang anggun itu adalah ternyata seorang yang nakal dan binal, pikirku dengan hati yang panas. Lalu Roni berkata..
"Kalo loe kangen buka donk celana gua, loe nggak mau ketemu sama 'dede' gua?"
"Ahh mau Ron, kasih liat gua donk.." Helen mendesah.
Lalu istriku jongkok dan membuka resleting celana Roni dan pelan pelan di keluarkannya penis Roni dari dalam celananya, lalu Helen menciumnya sambil berkata..
"Gila kontol loe Ron, nikmat banget keliatannya shh, ooh.."
Lalu pelan pelan dia cium penis Roni sambil dikocoknya perlahan hingga Roni mendesah..
"Aahh iyah Helen ciumin kontol gua. kocok kontol gua ahh dasar lonte, ooh, enak sekali".
Lalu perlahan penis Roni membengkak, dan menjadi sangat besar.
Ah gila gede banget penis nih orang, paling tidak panjangnya 18 cm dan gila diameternya, pikirku. Dan Helen pun mulai mengulum dan menjilati kepala hingga batangnya dan mengulumnya lagi, lalu tiba tiba Roni menjambak rambut istriku dan berkata..
"Yah perek, begitu caranya jilatin terus dasar kamu pelacur, jilat pelernya juga donk!".
Kemudian dia menjambak rambut Helen dan memaksa Helen untuk menjilat biji pelirnya. Lalu helen menjilat dan mengulum biji pelernya sambil mengocok penis Roni, dan dengan mendesah desah, dia berkata..
"Roni sayangku, ahh, Ron, memek gua udah basah banget nih ahh gila, Ron please entotin mulut gua Ron, perkosa mulut gua Ron!! Ahh.. Shh," teriaknya.
Lalu Roni menjambak dan memasukkan seluruh bagian penisnya ke dalam mulut Helen sampai Helen hampir muntah setiap kali Roni menyodokkan penisnya ke dalam mulut Helen. Sambil menjambak Rambut Helen dia meracau..
"Nih, gua entot mulut loe nih, dasar mulut cabo, nih gua entot ampe tenggorokan loe, ahh mulut loe memang enak, dasar mulut pelacur tau aja cara nyepong".
Helen pun tak kalah gilanya. Dia lalu dengan semangat menyedot penis Roni, meskipun kadangkala dia hampir muntah karena penis Roni masuk terlalu dalam.
"Iyagh.. ooh entot mulut gua, gua nih pelacur murahan yang harus diperkosa, yahh oohh perkosa terus mulutku.."
Bersambung . . . .
0 comments:
Post a Comment