Home » » Malapetaka KKN - Gadis persembahan - 3

Malapetaka KKN - Gadis persembahan - 3

Beberapa menit kemudian Pak Jamal menghentikan pompaan penisnya pada mulut Fanny, Pak Hasan yang ada di belakang Fanny menarik tubuh Fanny dan membaringkannya terlentang di ranjang, Pak Jamal kemudian membuka kaki Fanny lebar-lebar, sehingga posisi Fanny telentang di atas karpet dengan kaki mengangkang lebar. Semua yang hadir terkagum-kagum melihat Fanny yang sangat cantik siap untuk disetubuhi. Pak Jamal kemudian langsung menindih tubuh Fanny sambil mengarahkan penisnya yang besar itu ke vagina Fanny.
"Aagghh...", erang Fanny ketika penis besar Pak Jamal mulai memasuki vaginanya.
Pak Jamal dengan kasar langsung memasukkan penisnya sampai mentok ke dalam vagina Fanny yang sudah basah itu. Karena besarnya diameter penis Pak Jamal, vagina Fanny terlihat tertarik dan penuh dan menjadi berbentuk bulat melingkar ketat di penis Pak Jamal.
Pak Jamal mulai memompa penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Fanny. Fanny yang belum pernah vaginanya dipompa oleh penis sebesar penis Pak Jamal hanya bisa mengerang-erang dengan mata tertutup dan mulut sedikit terbuka.
"Aaahhhh... ooohhhh... aaahhh... oohhhh...", Fanny mendesah-desah setiap kali Pak Jamal menggenjot vaginanya sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-remas kain seprei.
Pak Jamal semakin cepat memompa vagina Fanny dengan penisnya. Fanny tanpa sadar mengakkat kedua kakinya dan melingkarkannya di pinggang Pak Jamal memberikan kesempatan kepada Pak Jamal untuk terus memompa vaginanya dengan lebih cepat lagi.
"Aaahh...... oohhh...", Fanny mulai meracau dengan mata tertutup dan tangannya semakin keras meremas-remas kain seprei. Semua mata yang menonton setiap adegan persetubuhan antara Fanny dan Pak Jamal melotot dan terangsang hebat melihat bagaimana seorang pria setengah baya dengan perut buncit sedang menyetubuhi seorang wanita muda yang sangat cantik.
Setelah 10 menit disetubuhi Pak Jamal, tiba-tiba badan Fanny mengejang, kedua kakinya dirapatkan menjepit pinggang Pak Jamal, tangannya memeluk erat leher Pak Jamal dan badannya terangkat cukup tinggi.
"AAAAGGHHH...", erang Fanny mencapai orgasme yang sangat tinggi. Kemudian badan Fanny melemah, pelukan tangannya lepas dari leher Pak Jamal, kakinya yang tadinya memeluk pinggang Pak Jamal jatuh ke karpet, vagina Fanny yang tersumpal rapat oleh penis Pak Jamal terlihat mengeluarkan cairan sampai membasahi kain seprei.

Tetapi Pak Jamal belum mau cepat-cepat menyelesaikan kesenangannya. Masih dengan tubuhnya menyatu dengan tubuh mulus Fanny, Pak Jamal mendekap tubuh mulus itu dan berguling sehingga posisinya sekarang bertukar, tubuh putih Fanny sekarang berada di atas tubuh Pak Jamal dengan posisi agak melengukng karena perut Fanny tertekan oleh perut Pak Jamal yang buncit. Dengan posisi seperti itu, Pak Jamal memegang pinggang Fanny dengan kedua tangannya, lalu memaksa Fanny untuk bergerak sehingga penisnya yang masih membenam di dalam vagina Fanny kembali terkocok. Semula Fanny hanya mengikuti tarikan dan dorongan tangan Pak Jamal, tapi lama-lama, Fanny yang sudah terangsang hebat mulai menggerakkan tubuhnya sendiri sehingga saat Pak Jamal menghentikan gerakannya, secara refleks Fanny melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar vaginanya tetap dikocok oleh kemaluan Pak Jamal.
"Hehehehe...Neng memang gadis pintar..", Pak Jamal tertawa sambil memeluk tubuh Fanny, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulus Fanny. Fanny tidak mempedulikan ejekan Pak Jamal. Dia terus menggerkakan pantatnya naik turun memompa penis Pak Jamal pada vaginanya.
Mendadak Pak Hasan maju mendekat. Dipegangnya pantat Fanny sambil sesekali diremasnya bongkahan pantat yang mulus itu.
Nggak keberatan kan Pak Jamal kalau saya ikutan? tanya Pak Hasan sambil sibuk meremasi pantat sekal Fanny.
"Ohh.. tentu tidak Pak Hasan..", kata Pak Jamal di tengah usahanya menggagahi Fanny. Fanny terkejut ketika tangan kasar Pak Hasan membuka celah pantatnya. Sesaat kesadarannya pulih.
"Jangan paakk.. ampuun.. jangan di situ..", Fanny menggeliat mencoba berontak, tapi tangan Pak Jamal segera mendekapnya dengan erat membuatnya tidak bisa bergerak dalam pelukan Pak Jamal.
"Nah... sekarang Bapak mau nyobain lubang pantatnya gadis kota..", sahut Pak Hasan sambil terkekeh-kekeh.
"Jangan Paak...", tangis Fanny mulai pecah lagi, dia tersedu-sedu merasakan tangan Pak Hasan pada pantatnya. Pak Jamal tidak membiarkan Fanny berontak, dekapannya makin erat membuat Fanny terhimpit oleh dua pria sekaligus. Pak Jamal merentangkan kedua paha Fanny sampai terbuka lebar-lebar,
"Jangan... jangan...", tangis Fanny semakin keras.
Seakan-akan tidak mendengarkan tangisan Fanny, kemudian Pak Hasan memegang kedua bongkahan pantat Fanny dan menguakkannya ke hadapan Pak Hasan. Tarikan Pak Hasan pada pantat Fanny itu mengakibatkan lubang pantat Fanny menjadi terlihat dan sedikit terbuka seakan-akan siap menerima penis Pak Hasan yang besar.
"AAAHHHKKHHH...". Tiba-tiba terdengar jeritan Fanny. Rupanya Pak Hasan mulai memasukkan penisnya yang besar ke dalam lubang pantat Fanny.
"Jangaaan... ampuun... saaaakiiittt..", teriak Fanny ketika secara perlahan tapi pasti penis Pak Hasan masuk ke dalam lubang pantatnya.
"Uhhh... masih seret dan sempit nih..", kata Pak Hasan ketika seluruh penisnya sudah masuk ke dalam lubang pantat Fanny. Pak Hasan kemudian mengangkat pantat Fanny sedikit sehingga sekarang posisi Fanny makin menungging, di lubang pantatnya terbenam seluruh penis Pak Hasan yang besar. Untuk sesaat tidak ada pergerakan baik dari Pak Hasan, Fanny maupun Pak Jamal, mereka seakan-akan sedang berpose dalam posisi seperti itu. Rupanya Pak Hasan sedang memberikan waktu supaya Fanny terbiasa dengan keadaan dimana penis Pak Hasan yang besar didalam lubang pantat Fanny dan penis Pak Jamal berada di vaginanya.
"Aaagg... aaggghhh...", jerit pelan Fanny ketika Pak Hasan mulai menarik penisnya secara perlahan dari lubang pantat Fanny sampai tinggal kepala penis Pak Hasan yang masih terbenam dalam lubang pantat Fanny.
"AAAAGGGHHHHHHH...", jerit Fanny dengan keras ketika secara tiba-tiba dan kasar Pak Hasan memasukkan kembali seluruh penisnya ke dalam lubang pantat Fanny. Sementara Pak Jamal juga mulai menggerakkan pantatnya sehingga penisnya kembali menyodok vagina Fanny. Kemudian Pak Hasan dan Pak Jamal mulai secara kompak memompa penisnya masing keluar masuk vagina dan lubang pantat Fanny.
Pompaan mereka semakin lama semakin cepat, membuat tubuh Fanny tergoncang-goncang. Kepala Fanny bergoyang tidak beraturan karena nikmat yang dirasakannya. Kedua payudara Fanny dijilati oleh Pak Jamal dari bawah. Kedua tangan Pak Jamal memainkan puting Fanny seperti orang mencari sinyal radio.

Selama hampir lima belas menit Kedua laki-laki gemuk itu menghimpit tubuh Fanny, tubuh putih mulus itu seperti daging dalam jepitan roti hamburger. Semua mata menyaksikan tanpa berkedip bagaimana tubuh putih mulus Fanny terhentak-hentak di tengah jepitan Pak Jamal dan Pak Hasan.
Perlahan Pak Hasan menyusupkan tangannya di ketiak Fanny, lalu dengan sebuah sentakan, dia dan Fanny bangun dan duduk dengan punggung Fanny melekat di dadanya sementara tangan kekarnya mengunci kedua lengan Fanny, posisi ini membuat jepitan vagina Fanny pada penis Pak Jamal terlepas. Kemudian dengan gerakan pelan, Pak Hasan merebahkan dirinya terlentang, masih dengan punggung Fanny menempel di dadanya, sehingga keduanya saling bertindihan dengan posisi tubuh Fanny terlentang di atas tubuh Pak Hasan, perut gendut Pak Hasan menekan punggung Fanny sehingga dada Fanny melengkung ke depan, membuat payudaranya mencuat menggemaskan sementara penis Pak Hasan mesih membenam di anus Fanny.
Dengan posisi demikian, Pak Jamal jadi lebih leluasa, dia kemudian memegangi pergelangan kaki Fanny, lalu kedua belah kaki Fanny diangkatnya tinggi tinggi ke udara dan dibentangkannya ke samping, sehingga membentuk huruf V. Posisi itu membuat liang vaginanya membuka. Tanpa menunggu lebih lama, Pak Jamal kembali melesakkan penisnya ke dalam liang vagian Fanny. Dan kembali tubuh mulus Fanny digenjot oleh kedua laki-laki gendut itu dari dua arah.

Genjotan demi genjotan penis kedua laki-laki itu pada anus dan vagiinanya benar-benar memaksa Fanny untuk kembali mengalami orgasme, tubuhnya mengejang-ngejang kuat, kedua tangan dan kakinya kembali meronta-ronta liar. Tapi kedua laki-laki itu tidak ingin Fanny terlalu cepat mencapai klimaksnya, sedapat mungkin mereka menahan agar Fanny tidak buru-buru mencapai orgasme. Selama hampir satu jam mereka menyetubuhi Fanny, tubuh mulus itu benar-benar sudah kepayahan, berulangkali orgasmenya tertahan membuat wajah Fanny memerah seolah akan meledak. Fanny berusaha sekuat tenaga untuk bisa kembali orgasme tapi selalu bisa dicegah.
"Ohhgghhh... amm.. puunn. Paakk... oohh.. amm.. puuunnn.. sudaaah... oohh.. nggak tahaaaannn... ahhh.. mau sampai... ahh.. mau sampai...", Fanny merintih-rintih putus asa di tengah usahanya untuk bisa orgasme. Pak Jamal dan Pak Hasan tertawa-tawa mendengar rintihan Fanny yang tidak ubahnya seperti pelacur saja.
"Mau konak ya Neng.. tunggu bentar lagi.. Bapak belum puas..", kata Pak Jamal di telinga Fanny, keduanya terus-menerus menggenjot Fanny yang sudah lemas. Tubuh fanny sekarang tidak ubahnya sebuah boneka kain yang terhentak-hentak dalam himpitan dua laki-laki tua yang sedang menyetubuhinya. Mata Fanny sudah sayu dan merem melek menerima kenikmatan yang rasanya tidak ada akhirnya. Badannya bergoyang erotis mengikuti sodokan penis kedua laki-laki tua itu pada vagina dan pantatnya.

Terlihat sekali Fanny sedang menikmati permainan tersebut, Fanny menjadi tidak peduli dengan sekelilingnya. Fanny sudah tidak mempedulikan lagi suara-suara desahan tertahan dari penonton yang ikut terangsang menyaksikan adegan persetubuhannya dengan dua laki-laki sekaligus. Fanny berada di dunianya sendiri, tubuhnya sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksual. Fanny menggelinjang liar dan erotis, tubuhnya dibiarkan mengikuti apa maunya kedua laki-laki tua itu. Banyak dari penonton yang beronani sampai menyemburkan spermanya di tempat karena tidak tahan menyaksikan tubuh yang begitu putih, mulus dan sexy itu dihimpit dua tubuh laki-laki tua berbadan gemuk dan hitam.

Setelah lebih dari satu jam dikerjai sedemikian rupa, akhirnya ketiganya tidak tahan lagi. Fanny lah yang pertama kali mencapai puncak orgasmenya. Tubuhnya mengejang luar biasa keras sambil kakinya menyentak-nyentak ke samping seperti kuda liar, tubuhnya melengkung seperti mendorong tubuh Pak Jamal yang berada di atasnya.
"Aaaahhhhhkkhhhh... Oohhhhhhhh...!!!", Fanny mengerang keras sambil tubuhnya menegang keras bagaikan patung batu, tangannya mengepal kuat-kuat, kepalanya sampai terdongak menengadah. Dari vaginanya kembali mengucur deras cairan kewanitaannya. Pada saat yang bersamaan Pak jamal dan pak Hasan juga mengejang. Keduanya menekan keras penis mereka kuat-kuat ke dalam vagina dan lubang pantat Fanny.
"Ohhhhkk... Ahhh...", Diiringi desa penuh kenikmatan, Pak Jamal dan Pak Hasan menyemburkan sperma mereka ke dalam vagina dan anus Fanny, ketiganya mencapai puncak orgasme mereka secara hampir bersamaan.

Tubuh fanny tergolek lemas di atas ranjang, setelah disetubuhi oleh tiga orang, tenaganya benar-benar habis. Fanny merasa seluruh tulang di tubuhnya seperti rontok dari sendinya, badannya terasa sakit skali, seolah baru saja dilindas oleh rombongan gajah. Pada saat itu, Ki Wongso, yang sekarang memakai kembali celana kolornya, mendekati Fanny yang terkapar leas sambil membawa sebuah piala perak berisi cairan hijau kental. Ki Wongso menegakkan tubuh Fanny dan menyodorkan piala itu ke bibir Fanny. Fanny dipaksa menelan cairan hijau aneh tersebut. Tenggorokan Fanny seperti terbakar oleh rasa pahit yang begitu pekat. Dia ingin memuntahkan kembali cairan itu, tapi Ki Wongso memaksanya menelan cairan itu.
Dan entah apa isi piala itu, tapi pengaruhnya sangat besar pada diri Fanny. Tubuh Fanny seolah dialiri sebuah tenaga tambahan yang begitu menggelora, seperti ada yang baru saja menyalakan mesin pendorong dalam tubuhnya, tubuh Fanny langsung segar dan bersemangat. Matanya yang tadi begitu sayu sekarang kembali bersinar. Fanny juga merasakan detak jantungnya bertambah cepat dan tubuhnya kembali menghangat seperti ada api yang menyala di dalam tubuhnya. Perlahan nafasnya mulai tersengal-sengal dan wajahnya mulai memerah. Fanny merasakan vaginanya kembali berdenyut-denyut, desakan seksualnya secara mendadak meledak lagi, dibangkitkan oleh cairan yang baru saja diminumnya.

Seketika Fanny mulai mendesah-desah dan berkeringat, gerakannya mendadak menjadi gelisah, Fanny perlahan mulai meremasi payudaranya sendiri dengan gerakan lembut.
"Ohh... ohh... ahh...", Fanny mengerang-erang lirih sambil terus meremasi payudaranya sendiri, kemudian dia juga mengelus-elus vaginanya, jari-jari tangannya dimasukan ke liang vaginanya sendiri dan mengaduk-aduk liang vagina itu sambil seskali mendesah dan mengerang. Melihat hal itu, Amar yang sudah terangsang berat naik ke atas ranjang.
"Ohh.. daripada Neng main sendirian, Neng main sama kita-kita yuk..", kata Amar sambil melepaskan celana kolornya. Seketika penisnya yang sudah sejak tadi tegang langsung menjulur keluar. Fanny yang terangsang berat tanpa ragu-ragu memegang penis itu dan mengocoknya dengan lembut. Sesekali penis Amar yang juga besar itu dijilatinya seperti sedang menjilati es krim, kemudian Fanny membuka mulutnya dan mengulum penis Amar yang berurat itu. Fanny menggoyangkan kepalanya maju mundur membuat penis Amar terkocok di dalam mulutnya.
"Ohh.. yeahh... ahhh.. teruss Neng.. ahhh... oohh..", Amar mengerang merasakan kenikmatan kuluman dan kenyotan bibir Fanny pada penisnya. Serentak, Pak Sarta Sekretaris Desa dan Pak Arman si mantri hutan ikut naik ke atas ranjang, masing-masing membuka celananya dan menyorongkan penisnya ke wajah Fanny tiga batang penis besar dan legam menjulur di wajah Fanny seperti senapan yang siap ditembakkan. Fanny yang sangat trangsang akibat pengaruh cairan hijau yang diminumnya segera meraih penis-penis itu. Penis Amar ada di dalam mulutnya, penis Pak Sarta dalam genggaman dan kocokan tangan kanan sedangkan penis Pak Arman dikocoknya dengan tangan kiri. Fanny sekarang benar-benar sibuk melayani ketiga batang penis dengan mulut dan tangannya, secara bergantian dikulumnya penis-penis itu dengan mulut mungilnya sambil tangannya tetap mengocok ketiga penis itu bersamaan. Pak Sarta, Amar dan Pak Arman melenguh-lenguh penuh kenikmatan mendapatkan pelayanan tangan dan bibir Fanny.
Kemudian Pak Arman yang penisnya paling besar diantara mereka bertiga mundur, dia menempatkan diri di belakang Fanny. Dia menyuruh Fanny untuk menunggingkan pantatnya sementara tangan dan mulutnya tetap sibuk mengocok dan mengulum penis Amar dan Pak Sarta. Posisi Fanny sekarang seperti merangkak dengan bertumpu pada lutut dan sebelah tangannya sedangkan tangan satunya lagi sibuk mengocok penis Pak Sarta dan bibirnya sibuk mengulum dan mengenyot penis Amar. Sambil mengocok dan mengngulum penis Pak Sarta dan Amar, Fanny merasa ada sesuatu yang basah di bawah sana, ternyata Pak arman sedang menjilati bongkahan pantatnya yang putih dan montok. Tubuh Fanny menggelinjang, apalagi waktu jari-jari tanagn Pak Arman bermain dengan vaginanya, setiap sentuhan jari pak Arman pada vagina Fanny membuatnya semakin terangsang.

Tiba-tiba Fanny menghentikan kuluman dan kocokannya pada penis Amar dan Pak Sarta sambil mengerang tertahan, dia lepaskan sejenak penis Pak Sarta dari mulutnya. Wajahnya meringis karena di belakang sana Pak Arman mendorongkan penisnya yang besar dan legam ke vaginanya.
"Aaahh... oooohhh... oohh!!", rintihnya dengan menengok ke belakang melihat penis itu pelan-pelan memasuki vaginanya. Fanny merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis itu, benda itu bahkan menyentuh dinding rahimnya. Setalah diam beberapa saat, Pak Arman mulai menggenjot penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Fanny. Fanny yang belum pernah vaginanya digenjot oleh penis sebesar penis Pak Arman hanya bisa mengerang-erang dengan mata tertutup dan mulut sedikit terbuka.
"Aaahhhh... Oohhhhhhh.... Ahhhh...", Fanny mendesah-desah penuh nikmat sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-remas kain seprei. Pak Arman semakin cepat memompa vagina Fanny dengan penisnya. Sementra Pak Sarta dan Amar kmbali menyodorkan penisnya untuk dikocok dan dikenyot lagi oleh fanny. Dari belakang Pak Arman menggenjot vaginanya, sedangkan dari depan, sepasang penis besar mendesak-desak di dalam mulutnya secara bergantian.
Setelah sepuluh menit pak Arman menggenjot vagina Fanny, dia memberikan isyarat untuk berganti posisi. Sekarang giliran Pak Sarta yang menyodok-nyodok vagina Fanny dengan penisnya. Pak Arman memompa vagina Fanny dengan kasar dan dalam tempo yang cepat.
"Aaaaghh... egghhhh...", teriak Fanny mendapat perlakuan kasar dari Pak Sarta, tapi Amar dan Pak arman segera menyumbat mulut Fanny dengan penis mereka, membuat desahan dan rintihan Fanny hanya berupa gumaman-gumaman tidak jelas. Mendengar Fanny merintih-rintih seperti itu justru membuat Pak Sarta malah semakin bersemangat dan semakin keras menggenjot vagina Fanny dengan penisnya dari belakang. Tangan Pak sarta memegang pinggang Fanny dan mulai menarik maju mundur badan Fanny, sehingga pompaan penisnya dalam vagina Fanny semakin keras dan cepat. Badan Fanny maju mundur mengikuti pompaan keras penis Pak Arman. Setiap kali Pak Arman memasukkan penisnya sampai mentok ke vagina Fanny, terdengar teriakan Fanny yang teredam oleh sumpalan penis Pak Arman dan Amar.
MHGHH... ..MMHHHH... .OGHHH... suara erangan Fanny teredam oleh penis yang memenuhi mulutnya. Semakin cepat Pak Sarta memompa penisnya semakin cepat dan keras erangan Fanny. Sepuluh menit kemudian mereka kembali bertukar posisi, kali ini Amar yang kebagian jatah menggenjot vagina Fanny. Amar menggenjot tubuh Fanny dengan tidak kalah brutalnya membuat tubuh mulus itu terhentak-hentak ke depan. Dan begitu seterusnya setiap sepuluh menit sekali meeka berganti posisi.

Karena terus menerus berganti-ganti posisi, maka mereka bertiga bisa bertahan sangat lama, entah berapa kali Fanny mengelepar-gelepar merasakan orgasmenya yang meledak berulang-ulang, tapi ketiga laki-laki tua itu seolah tidak akan berhenti menggenjot tubuhnya dari depan maupun belakang. Fanny merasa seperti sedang diperkosa oleh satu kompi tentara yang tidak pernah berhenti menggilir tubuhnya. Tiga jam lebih Pak Arman, Pak sarta dan Amar menyetubuhi Fanny, membuat tubuh Fanny tidak kuasa lagi bergerak, dia hanya mengikuti irama setiap genjotan pada tubuhnya tanpa daya, sementara orgasmenya entah sudah berapa kali terjadi. Perkosaan itu baru berakhir setelah keiga pria itu merasa benar-benar puas, mereka lalu menyemprotkan spermanya di dalam rahim Fanny secara bergantian.

Tidak terasa hampir enam jam lamanya Fanny disetubuhi secara non stop oleh tujuh orang sekaligus. Tubuhnya serasa sudah mati, hanya rintihan lirih yang keluar dari bibir Fanny sementara dia hanya bisa terbaring di ranjang dengan lemas. Fann pun tidak mampu berbuat apa-apa ketika Ki Wongso mengumumkan, bagi siapapun yang tidak bisa menahan nafsunya dibolehkan untuk menyemprotkan spermanya ke tubuh Fanny ang terbaring telanjang. Maka berbondong-bondong, ratusan warga desa yag memang sejak tadi tidak kuat menahan eakulasinya secara bergantian mengocok-ngocok penis mereka di atas tubuh Fanny, lalu mereka menyemprotkan spermanya ke sekujur tubuh Fanny, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Setelah selesai acara persembahan itu, tubuh Fany sudah benar-benar tidak berdaya, sekujur tubuhnya yang putih mulus dan telanjang itu penuh berlumuran sperma, seolah Fanny baru saja mandi sperma. Upacara baru benar-benar selesai mejelang matahari terbit. Fanny hanya bisa menangis setelah kesadaranya kebali pulih. Penderitaan yang dialaminya semalam telah menghancurkan dirinya luar dalam, dia merasa benar-benar hina, lebih hina dari pelacur yang pling rendah, apalagi ketika teringta berapa banyak sperma yang disemprotkan ke dalam rahimnya, Fanny merinding dengan kemungkinan dirinya akan hamil mengingat malam itu adalah masa suburnya. Kalau dirinya hamil, dia tidak akan bisa tahu siapa yang menghamilinya diantara ketujuh pemuka desa itu.

Tamat

0 comments:

Post a Comment